Tertutup Rumput, Kondisi Situs Watu Lembu Banjarnegara Kurang Terawat

Avatar photo

BANJARNEGARA, Jateng – Banyak yang meyakini, Situs Watu Lembu merupakan sisa-sisa dari bangunan pendopo Banjar Kulon, cikal bakal Kabupaten Banjarnegara. Pada zaman dahulu, Banjarnegara mendapat sebutan Kadipaten Banjar Kulon atau Banjar Watu Lembu.

Situs ini terdiri dari tiga buah batu besar, dengan bentuk seperti umpak atau fondasi tiang pendopo. Satu batu besar lagi, bentuknya seperti patung sapi.

Sayang, kini kondisinya sangat kurang terawat. Situs yang berada di tepi jalan raya Desa Banjar Kulon di Kecamatan Banjarmangu ini tertutup rumput tinggi dan banyak sekali sampah sisa makanan ringan.

Heni Purwono, Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia Komisariat Kabupaten Banjarnegara mengatakan, pihaknya dalam waktu dekat ini akan segera melakukan pembersihan dan perawatan di Situs Watu Lembu.

“Kami dan relawan yang tergabung dalam masyarakat sejarawan Indonesia Komisariat Bajarnegara, akan turun ke lokasi dan melakukam pembersihan, serta merawat,” katanya, Sabtu (8/7/2023).

Perda Cagar Budaya

Menurut Heni, kurang terawatnya situs sejarah di Banjarnegara ini, karena belum ada payung hukum yang menaunginya. Hingga saat ini, kata dia, Banjarnegara belum memiliki peraturan daerah terkait cagar budaya.

“Jika sudah memiliki Perda Cagar Budaya, keberadaan situs akan aman dan akan menjadi bukti sejarah secara turun temurun, menjadi pembelajaran bagi anak cucu,” katanya.

Walaupun kajian lanjut baru sebatas pendataan, kata Heni, Watu Lembu jelas punya nilai sejarah tinggi dengan kesederhanaan ragam hiasnya.

“Patut di duga, itu ada sebelum percandian Dieng ada. Artinya, mungkin kisaran abad 7 atau 8. Lembu atau Nandi sendiri, merupakan tunggangan Dewa Syiwa sesuai ajaran Hindu yang rata-rata di anut warga Jawa ketika itu, hingga kemudian berkembang menjadi Wangsa Sanjaya,” katanya.

Sayangnya warga sekitar sering kali mengaitkannya, dengan mitos Mangunyudha Seda Loji. Kurun waktunya jelas sangat jauh, karena Seda Loji sekitar 1774-an. Juga ada yang menyebut batu lainnya sebagai watu umpak, watu kampil pendopo Kabupaten Banjar Watu Lembu.

Padahal bukan itu, lebih kuat di duga itu adalah batu lingga dan yoni yang juga merupakan perwujudan sesembahan para penganut Hindu Syiwa.

“Keberadaan Watu Lembu, jelas menunjukkan bahwa Banjar Kulon sudah memiliki peradaban yang sangat tua, karena letaknya memang “wingit” bagi penganut Hindu, yaitu di pertemuan dua sungai (serayu dan merawu),” ujarnya.

Tempat seperti itu, di anggap sebagai tempat suci yang akhirnya banyak bangunan peribadatan seperti candi.

Bahkan, kata dia, bisa jadi Banjar Kulon merupakan cikal bakal Wangsa Sanjaya. Hingga nantinya besar dengan Dieng, Candi Sewu, Prambanan dan Syailendra dengan Borobudurnya.

Wisnu, pemerhati budaya Banjarnegara mengatakan, seharusnya ada kepedulian secara bersama-sama antara pemerintah kabupaten hingga desa, termasuk masyarakat sekitar.

“Kepedulian di awali dengan rasa memiliki, sehingga bisa merawat bersama tanpa saling lempar,” katanya.

sumber: serayunews

 

Polda Jateng, Jateng, Polrestabes Semarang, Polres Rembang, Polres Sukoharjo, Polres Pati, Polres Batang, Polres Humbahas, Polda Sumut, Kapolres Sukoharjo, AKBP SIGIT, AKBP Hary Ardianto, Polres Lamandau, AKBP Bronto Budiyono, Polres Banjarnegara, Kapolres Banjarnegara, Pemkab Banjarnegara, Kabupaten Banjarnegara, Kapolres Rembang, AKBP Suryadi