Berita  

Stikes Nasional Ajari Kader PKK Sukoharjo Membuat Lilin Aromaterapi dari Jelantah

Avatar photo

SUKOHARJO, Jateng – Mahasiswa dan dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nasional (Stikes Nasional) Solo mempunyai cara unik memanfaatkan limbah minyak jelantah menjadi lilin aromaterapi. Lilin aromaterapi tersebut berguna untuk pencegahan penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)

Cara pembuatan lilin aromaterapi tersebut disampaikan oleh tim penyuluhan dari Program Studi S1 Farmasi Stikes Nasional kepada kader PKK Desa Bentakan, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo, beberapa waktu lalu. Tim penyuluhan dipimpin dosen Stikes Nasional, Susilowati, didampingi dosen lainnya, Warih Anjari Dyah dan sejumlah mahasiswa Farmasi yaitu Anis Sagita Putri, Anindya Nur Farida, Muhammad Ainuroziq, Putri Sholikahwati, Nekerio Ataghazi Maybach.

Susilowati menjelaskan pengolahan limbah minyak jelantah menjadi lilin aromaterapi bisa untuk pencegahan ISPA dan pencegahan pencemaran lingkungan. Pembuatan lilin aromaterapi cukup mudah.

Caranya yaitu, lelehkan parafin sebanyak 50 gram, kemudian tuangkan 50 gram minyak jelantah, dan minyak aromaterapi secukupnya ke dalam parafin yang telah dilelehkan. Kemudian dicetak hingga memadat.

“Pada workshop ini tim penyuluhan menggunakan minyak atsiri Palmarosa sebagai minyak aromaterapinya. Lilin aromaterapi ini bisa digunakan sebagai terapi untuk pencegahan penyakit ISPA,” ujar Susilowati.

Tim penyuluhan Stikes Nasional Solo bersama kader PKK Desa Bentakan, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo.

Lebih lanjut ia menjelaskan pemanfaatan limbah minyak jelantah menjadi lilin aromaterapi tersebut berkaitan dengan upaya pencegahan ISPA dan pencemaran lingkungan. Kegiatan itu merupakan bagian dari rangkaian penyuluhan dan workshop bertema Edukasi Infeksi Saluran Pernafasan dan Workshop Pengolahan Limbah Minyak Jelantah menjadi Lilin Aromaterapi.

Susilowati menjelaskan ISPA merupakan penyakit yang sering dijumpai dengan manifestasi ringan sampai berat. Penyakit ini disebabkan oleh virus dan bakteri, dengan gejala antara lain demam, nyeri tenggorokan, pilek dan batuk.

“ISPA bisa disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus,Virus Influenza, Virus Corona dan bakteri seperti Streptococus Haemophilus, dan Mycobacterium tuberculosis. Gejalanya bisa berupa demam, nyeri tenggorokan, hidung tersumbat, pilek, batuk, dan juga nafas yang cepat dan dalam,” kata Susilowati.

Aromaterapi bekerja melalui saraf penciuman satu-satunya saluran yang terbuka menuju otak, kemudian memacu memori terpendam dan merangsang hormon endhorfin untuk penanganan stres.

Susilowati mengatakan rangkaian kegiatan penyuluhan dan workshop itu dimulai dengan senam bersama instruktur Warih Anjari. Acara berlanjut dengan pemaparan materi mengenai ISPA dan workshop pengolahan minyak jelantah menjadi lilin aromaterapi oleh Susilowati dibantu mahasiswa.

Dari penyuluhan itu, tim Stikes Nasional juga melakukan analisis data mengenai pengetahuan tentang ISPA. Hasilnya, berdasarkan nilai pre test, para kader PKK yang mengikuti kegiatan itu meningkat pengetahuannya tentang ISPA. (aslama)

Sumber: news.solopos.com

 

Polda Jateng, Jateng, Polrestabes Semarang, Polres Rembang, Polres Sukoharjo, Polres Pati, Polres Batang, Polres Humbahas, Polda Sumut, Kapolres Sukoharjo, AKBP SIGIT, AKBP Hary Ardianto, Polres Lamandau, AKBP Bronto Budiyono, Polres Banjarnegara, Kapolres Banjarnegara, Pemkab Banjarnegara, Kabupaten Banjarnegara, Kapolres Rembang, AKBP Suryadi