Berita  

Slamat Dukun Banjarnegara Bunuh 12 Korban Karena Diancam Dilaporkan Polisi

Avatar photo

BANJARNEGARA – Slamet Tohari alias Mbah Slamet, dukun abal-abal asal Banjarnegara yang bermodus menggandakan uang, mengaku membunuh 12 korbannya lantaran kesal. Gegaranya, mereka sering menagih dan mengancam akan melapor ke polisi. Berikut pengakuannya saat sidang.

Dalam sidang di Pengadilan Negeri (PN) Banjarnegara, Kamis (23/11/2023), majelis hakim memeriksa keterangan terdakwa Slamet Tohari. Salah satunya soal alasannya membunuh 12 korban dengan cara diracun.

“Yang dibunuh itu yang sering menagih dan akan lapor polisi,” kata Mbah Slamet kepada hakim di PN Banjarnegara, Kamis (23/11/2023).

Dia mengatakan, uang mahar yang diserahkan para korban untuk digandakan itu sudah dia digunakan untuk bersenang-senang juga buat mencukupi kebutuhan sehari-hari. Dia menyebut uang mahar yang diberikan korban beragam, dari Rp 20 juta, Rp 30 juta, hingga Rp 40 juta.

“Uangnya sudah digunakan untuk pergi ke cafe. Ada juga yang untuk keperluan sehari-hari,” ujar Mbah Slamet.

Dalih Ritual di Kebun

Dia mengaku menghabisi 12 korban itu dengan cara sama, yaitu diajak melakukan ritual di kebun miliknya di blok cemara. Kemudian korban diminta meminum air yang sudah dicampur racun.

“Polanya sama. Semuanya saya suruh minum air (menyebut merek air mineral dan minuman ringan) yang sudah dicampur dengan potas. Bilangnya untuk ritual,” kata dia.

“Rata-rata 5 menit sudah bereaksi. Itu semuanya batuk-batuk dan keluar busa dari mulut. Setelah itu saya menggali kubur dengan kedalaman sekitar 1,5 meter. Waktunya sekitar 1,5 jam,” kata Mbah Slamet, menjawab pertanyaan hakim soal reaksi racun itu pada korban.

Dia juga mengaku tidak semua korban yang datang ke rumahnya untuk menggandakan uang dibunuh. “Kalau yang tidak mengancam saya ulur-ulur saja dan menyampaikan beberapa alasan,” katanya lagi.

Mbah Slamet juga mengaku dirinya tidak bisa menggandakan uang. Hal itu menjawab pertanyaan ketua majelis hakim Niken Rochayati.

“Saya memang tidak bisa menggandakan uang. Dulu saya pernah mencoba menggandakan uang (miliknya) di Gunung Srandil, dari situ muncul ide untuk (menipu dengan) menggandakan uang,” ujarnya.

Jajal Racun ke Hewan Sebelum Beraksi

Sebelum membunuh 12 korban, Mbah Slamet mengaku menguji racun dari obat hama itu dengan cara diminumkan ke hewan. Di antaranya babi hutan, kambing, ayam, dan ikan.

“Pernah saya kasihkan ke celeng (babi hutan), kambing, ayam dan ikan. Semuanya langsung mati setelah diminumkan potas,” kata terdakwa Mbah Slamet.

Setelah meyakini racun itu memiliki daya mematikan yang kuat, dia lalu mencampurkannya ke minuman yang dibawa korban. Sebelum melakukan ritual, Mbah Slamet meminta para korban untuk membawa air minum.

“Masing-masing membawa air Pocari Sweat untuk dicampur dengan potas. Satu orang membawa satu botol minum dan dicampur dengan potas,” terangnya.

Dalam menjalankan aksi sadisnya, awalnya ia mengajak korban untuk melakukan ritual di kebun miliknya di blok cemara yang berada tidak jauh dari rumahnya di Desa Balun, Kecamatan Wanayasa, Banjarnegara. Biasanya, ia bersama korban menggunakan kendaraan milik korban untuk menuju kebun di blok cemara.

“Kalau korban membawa kendaraan ya pakai mobil korban. Kalau tidak, menggunakan motor saya untuk menuju blok cemara,” kata dia.

Ia mengaku tidak tahu pasti hari yang digunakan untuk menghabisi nyawa dari 12 korban tersebut. Namun, semuanya dilakukan sekitar pukul 20.00 WIB.

“Kalau harinya saya lupa, itu beda-beda. Tetapi semuanya jam 8 malam. Kalau kesorean kan bisa ada orang lihat,” ujarnya.

5 Hari Susun Rencana Keji

Saat ditanya ketua majelis hakim Niken Rochayati, Mbah Slamet mengakui jika semuanya sudah direncanakan sekitar 5 hari sebelum membunuh para korban. Termasuk membeli racunnya.

“Iya semuanya sudah dipersiapkan. Sekitar 5 hari sebelum dibawa ke blok cemara (lokasi pembunuhan para korban),” ucapnya.

Sementara itu, anggota majelis hakim Arief Wibowo menanyakan perihal alat bukti satu plastic potassium. Diduga praktik penggandaan uang hingga pembunuhan masih akan berlangsung jika kasus ini tidak terungkap pada Maret 2023.

“Ini masih banyak potasium yang ditemukan. Jadi kemungkinan jika korban terakhir atas nama Paryanto tidak terungkap saudara terdakwa ini masih akan membuka praktik ini,” kata Arief.

 

Polres Banjarnegara, Kapolres Banjarnegara, Pemkab Banjarnegara, Kabupaten Banjarnegara, Polda Jateng, Jateng, Kapolda Jateng, Irjen Pol Ahmad Lutfi, Kabidhumas Polda Jateng, Kombes Pol Stefanus Satake Bayu Setianto