Berita  

SDM Petani Banjarnegara Digojlok, Fokus Integrasikan Ternak Domba-Kopi

Avatar photo

BANJARNEGARA – Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendorong peningkatan kualitas SDM dan infrastruktur pertanian.

Melalui program UPLAND (The Development Integrated Farming System in Upland Area), Direktorat Jendral Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) bersama Pemerintah Kabupaten Banjarnegara fokus mengembangkan integrated farming antara peternakan domba dan budidaya kopi di dataran tinggi Dieng.

Salah satu upaya untuk mendukung kolaborasi tersebut, sebanyak 21 peserta dari Kabupaten Banjarnegara diberangkatkan Ke Pulau Bali untuk mengikuti pelatihan peningkatan kapasitas SDM. Pelatihan dilaksanakan pada 2-5 November lalu di Hotel Grand Inna Kuta, Bali.

Plt Kepala Dinas Pertanian, Perikanan & Ketahanan Pangan (Distankan-KP) Herrina Indri Hastuti menerangkan, pelatihan kemarin ditujukan untuk meningkatkan kapasitas peserta dalam proses implementasi teknologi pertanian. “Khususnya komoditas kopi dan domba,” kata dia melalui keterangan tertulisnya, Rabu (23/11).

Dijelaskan Herlina, di Lapangan, masih banyak dijumpai petani (kopi dan domba) yang memerlukan sentuhan teknologi baru untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produknya. Sehingga peningkatan kapasitas SDM di daerahnya menjadi amat penting, dalam rangka mengakselerasi kesejahteraan petani.

“Kami harap mereka (21 peserta pelatihan) bisa menyusun jadwal dan silabus sekolah lapang serta desain demonstration plot (demplot) yang akan diterapkan di Banjarnegara,” jelas Herlina.

Adapun giat demplot dilaksanakan untuk dua komoditas, pertama adalah demplot budidaya domba. Kedua, demplot penanganan pasca panen kopi khususnya rumah jemur kopi. Demplot domba akan dilaksanakan di Kecamatan Pejawaran, dan demplot kopi akan dilaksanakan di Kecamatan Kalibening.

Heri, Penyuluh Kecamatan Kalibening menjelaskan, pada demplot budidaya domba, perlakuan yang akan dilakukan adalah penerapan management pakan dalam tiga perlakuan. Pertama, kontrol, dimana domba diberi makan seperti kebiasaan peternak memberikan makan kepada ternaknya. Kedua, pemberian makanan tambahan berupa limbah kopi. Ketiga, pemberian makanan ditambah dengan limbah kopi dan silase pakan hijauan.

“Demplot rumah kopi sendiri akan mengimplementasikan teknologi rumah jemur dengan dasar lantai terbuat dari batu pecah yang ditebar merata sebagai dasar lantai,” paparnya.

Heri berharap lewat implementasi teknologi ruma jemur, intensitas sinar matahari yang masuk kedalam rumah jemur akan menghasilkan suhu yang stabil dan tersebar merata. Sehingga pengeringan kopi dapat berjalan optimal.

“Pemilihan ini sudah mempertimbangkan karakteristik cuaca di daerah tersebut (Kalibening),” kata Heri.

Dalam kesempatan itu, Herrina menambahkan jika demplot management pakan pada domba sendiri akan berkolaborasi degan Universitas Jendral Soedirman (UNSOED) Purwokerto dan demplot rumah jemur kopi akan bekerjasama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) Bogor.

“Kolaborasi dengan dua Universitas ternama ini seyogyanya menghasillkan demplot dengan penerapan teknologi yang dapat diukur dan dianalisis secara lebih ilmiah,” papar dia.

Merujuk pada data BPS, 2022, di Banjarnegara pada tahun 2014 – 2021 produksi kopi tumbuh sebesar 72%. Bahkan, kopi dari dataran tinggi Dieng beberapa kali mendapatkan penghargaan, “di antaranya peringkat 6 pada Kontes Kopi Spesialti Indonesia (KKSI), peringkat ke–4 di tahun 2018 dan terakhir Tahun 2021 masuk peringkat ke–2,” jelasnya.

Adapun untuk domba sendiri, jika dibandingkan dengan 5 tahun sebelumnya, populasi domba Tahun 2021 tumbuh sebesar 10% (BPS, 2022). Sayangnya pertumbuhan populasi ini tidak diikuti dengan pertumbuhan produksi daging domba yang justru turun 10% pada periode yang sama.

Maka dari itu, output desain & silabus sekolah lapang demplot dari pelatihan yang sedang dilaksanakan ini akan mampu menjadi pemandu arah pelaksanaan demplot yang akan dilaksanakan. Terlebih demplot ini akan mendapatkan pendampingan dari dua institusi pendidikan ternama, IPB dan UNSOED.

“Pada akhirnya, demplot ini kedepannya dapat dijadikan sebagai salah satu teladan dalam pelaksanaan program UPLAND dalam mengintegrasikan budidaya domba dan kopi untuk meningkatkan pendapatan petani di dataran tinggi Banjarnegara,” pungkas Herrina.

UPLAND sendiri merupakan kegiatan pertanian di dataran tinggi dimana pertanian dikembangkan secara komprehensif, mulai dari pengembangan on-farm sampai off-farm.Tujuannya adalah meningkatkan produktivitas pertanian dan pendapatan petani.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mengatakan bahwa kualitas komoditas pertanian dan produk turunannya menjadi sarat mutlak, untuk menembus pasar internasional. Maka dari itu, kementeriannya terus memperkuat pemberdayaan petani dari hulu ke hilir. Output-nya tak lain menghasilkan produk unggulan.

“Teknologi dan inovasi menjadi kunci utamanya. Bagaimana dengan kedua aspek itu mengembangkan sistem pertanian dan pangan yang berkelanjutan,” ujarnya.

SYL-sapaannya- menekankan pentingnya kolaborasi global untuk mengatasi krisis pangan yang saat ini banyak mengancam negara-negara di dunia. Mentan SYL menjelaskan sebagai bagian dari komunitas global, G20 berkomitmen mendukung peran krusial dari sektor pertanian dalam menyediakan pangan dan gizi bagi semua orang.

“Termasuk menjamin pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Jangan biarkan satu orangpun tertinggal di belakang, leaving no one behind,” tegas Mentan.

Sementara Direktur Jenderal PSP Kementan, Ali Jamil mencontohkan bagaimana komoditas kopi Indonesia amat digemari pasar internasional. Dalam acara ODICOFF, mereka amat tertarik terhadap potensi pengembangan kopi khas Indonesia.

Dijelaskan Ali Jamil, pengembangan korporasi petani kopi dinilai sangat tepat sasaran sebagai upaya meningkatkan produktivitas dan mutu dari kopi petani. “Kami terus mendorong pengembangan kawasan kopi disisi hilir. Salah satu upaya yang dilakukan via program Upland adalah penggunaan benih unggul kopi bersertifikat, budidaya kopi yang sesuai GAP dan GMP, serta ramah lingkungan,” paparnya.

Terkait Upland, Ali Jamil menjelaskan kalau program ini memiliki empat komponen kegiatan. “Untuk Komponen pertama terdiri dari peningkatan produktivitas dan pembentukan ketahanan pangan. Untuk komponen kedua adalah pengembangan agribisnis dan fasilitasi peningkatan pendapatan, komponen ketiga adalah penguatan sistem kelembagaan, dan komponen terakhir manajemen proyek,” jelasnya.

Ditambahkan Ali Jamil, ada 5 titik kritis dari kegiatan ini. Yang menjadi titik kritis pertama adalah kegiatan desain konstruksi prasarana lahan dan air irigasi. Hal ini meliputi aspek perencanaan, aspek teknis, aspek keuangan.

“Titik kritis lainnya adalah sosialisasi kepada petani mengenai kewajiban sharing dana 20% agar kegiatan berjalan sesuai rencana, kemudian pengelolaan bantuan alsintan pra dan pasca panen yang dilakukan oleh sub lembaga berbeda dalam kelompok tani,” pungkasnya.