Berita  

Santri Nuu Waar Dididik untuk Cinta Alquran dan NKRI

Avatar photo

JAKARTA – Pesantren Nuu Waar AFKN menjadikan pendidikan Alquran menjadi prioritas. Sejumlah program pun disiapkan agar para santri menguasai ilmu Alquran. Salah satu program penunjangnya adalah mukhoyan Alquran.

Di Desa Taman Sari, Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, berdiri sebuah pondok pesantren bernama Nuu Waar. Tempat belajar agama ini banyak menampung santri asal Indonesia Timur. Pendirinya pun seorang ulama asal Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua bernama K.H. Muhammad Zaaf Fadzlan Robbani Garamatan.

Fadzlan memang memiliki mimpi untuk mensyiarkan agama Islam di tanah kelahirannya dengan cara yang berbeda. Ia lantas memboyong santri-santrinya dari tanah kelahirannya untuk disekolahkan di Bekasi dan menuntut ilmu agama di Ponpes Nuu Waar.

kegiatan keagamaan di ponpes ini begitu padat, terutama saat Ramadan seperti sekarang. Mereka begitu antusias mengaji, mempelajari seluk beluk Islam, dan mendalami keilmuan sehari-hari.

Selain ingin mensyiarkan Islam untuk santri-santri asal kampung halamannya, Fadzlan diketahui memiliki keinginan untuk memajukan daerahnya melalui pendidikan. Berikut kisah selengkapnya.

sejarah berdirinya Ponpes Nuu Waar berangkat dari keinginan Fadzlan untuk memutus rantai kesenjangan sosial di wilayah Papua.

Sejumlah kesenjangan itu di antaranya soal kemiskinan, minimnya kesempatan bersekolah, sedikitnya fasilitas kesehatan, hingga persoalan sosial lainnya yang dimungkinkan bisa diantisipasi dengan dasar pendidikan yang kuat.

Sebelumnya, ia mendapati kondisi demikian karena aktif berdakwah hingga ke pedalaman di sana.

“Lulusan pesantren kami pulangkan ke daerah masing-masing untuk membangun daerah sendiri dengan bekal ilmu yang mereka pelajari di sini,” Kata Kepala Divisi Umum Pesantren Nuu Waar, Ustaz Muhammad Jufri yang juga berasal dari Fakfak.

Mimpi Fadzlan yang berkeinginan mengajak anak muda di Papua untuk membangun daerahnya ini, pertama ia wujudkan dengan membuat rumah belajar. Ia menyewa tanah di kawasan Pondok Hijau, Bekasi Utara, Kota Bekasi pada 2002 silam.

Ketika itu, ia sengaja memilih anak-anak dari wilayah Indonesia Timur. Lambat laun rumah belajar itu tidak kuasa menampung jumlah siswa hingga tercetus pendirian yayasan bernama Al Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN).

Anak-anak ini lantas dikuliahkan olehnya di kampus-kampus pinggiran ibu kota hingga ke daerah Jawa sampai Medan. Setelahnya, mereka akan pulang ke kampung halaman dengan bekal ilmu agama dan juga bisa mengisi kekosongan posisi seperti tenaga medis, guru, polisi, tentara, dan profesi lainnya yang banyak dibutuhkan.

Papua sendiri memiliki segudang potensi yang bisa dimanfaatkan dengan baik oleh kaum muda. Ini yang kemudian mendorongnya mendirikan Ponpes Nuu Waar.

Hingga saat ini, sebanyak 7.000 lulusan pondok berhasil dicetak oleh Pondok Pesantren Nuu Waar yang juga ahli sebagai penghapal Al Quran.

Setelah masa belajar selesai, mereka disiapkan untuk pengabdian selama satu tahun. Selama itu, mereka akan dibekali kemampuan teknis sesuai bidang yang dibutuhkan di tanah kelahiran. Setelah bekal keilmuan sosial dan agama terbentuk santri-santrinya juga diminta untuk mengembangkannya di Papua.

Ponpes Nuu Waar di tangan Fazlan berkeinginan untuk melakukan dedikasi semaksimal mungkin demi pemenuhan akses pendidikan dan menghasilkan lulusan terbaik yang mampu berkontribusi bagi agama, bangsa dan keluarga.

Adapun arti Nuu Waar berasal dari bahasa Papua, Nuu merupakan bahasa lain dari cahaya, Waar artinya menyimpan rahasia alam. Ini juga merupakan nama yang disematkan sebelum menjadi Irian dan Papua.