Berita  

Program Intensif Kementan Bikin Kopi Banjarnegara Mendunia

Avatar photo

Banjarnegara – Kopi Banjarnegara turut serta acara One Day with Indonesian Coffee, Fruit and Floriculture (ODICOFF) yang diselenggarakan di The Van at Embassy, Washington DC, Selasa (11/10) waktu setempat. Gelaran tersebut diinisiasi Kementerian Pertanian secara hybrid sebagai bagian dari promosi komoditas pertanian Indonesia dalam rangka mendorong ekspor produk pertanian.

Pelaksana tugas Kepala Dinas Pertanain, Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Banjarnegara, Herrina Indrihastuti mengatakan, ajang ODICOFF menjadi momentum yang strategis. Komoditas Kopi Banjarnegara kian dikenal luas di dunia internasional.

“Semakin dikenalnya kopi Banjarnegara juga diharapkan semakin mendorong petani dan pelaku bisnis Kopi di Banjarnegara untuk meningkatkan dan menjaga kualitas, kuantitas dan kontinuitas produknya,” ujar Herrina lewat keterangan tertulisnya, Kamis (13/10).

Kopi Banjarnegara yang diturutsertakan berasal dari wilayah dataran tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara. Mereka ini merupakan para petani binaan program UPLAND (The Development of Integrated Farming System in Upland Area) Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian.

UPLAND merupakan kegiatan pertanian di dataran tinggi dimana pertanian dikembangkan secara komprehensif, mulai dari pengembangan on-farm sampai off-farm.
Tujuannya adalah meningkatkan produktivitas pertanian dan pendapatan petani.

“Khusus di Kabupaten Banjarnegara, project ini membawa pesan konservasi dan pertanian berkelanjutan melalui integrated farming antara budidaya kopi dan domba,” tambah Herrina.

Dalam kurun waktu 2014 – 2021, produksi kopi di Banjarnegara tumbuh 72%. Kawasan di dataran tinggi Dieng merupakan penghasil kopi utama khususnya kopi arabika, seperti Kecamatan Kalibening, Pejawaran, Wanayasa, Karangkobar, pagentan

Kopi dari dataran tinggi pegunungan Dieng beberapa kali mendapat penghargaan. Tahun 2016 peringkat 6 pada Kontes Kopi Spesialti Indonesia (KKSI), 2018 peringkat ke-4, dan Tahun 2021 masuk peringkat ke-2.

“Kami ucapkan terimakasih kepada Kementerian Pertanian yang sudah memberi fasilitas pada Kopi Banjarnegara untuk semakin dikenal di kancah Internasional, kedepannya kami berharap lebih banyak lagi komoditas pertanian Banjarnegara yang diturutsertakan dalam event seperti ini,” ujar Herrina.

Terpisah, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mengatakan bahwa kualitas komoditas pertanian dan produk turunannya menjadi sarat mutlak, untuk menembus pasar internasional. Maka dari itu, kementeriannya terus memperkuat pemberdayaan petani dari hulu ke hilir. Output-nya tak lain menghasilkan produk unggulan.

“Teknologi dan inovasi menjadi kunci utamanya. Bagaimana dengan kedua aspek itu mengembangkan sistem pertanian dan pangan yang berkelanjutan,” ujarnya.

SYL-sapaannya- menekankan pentingnya kolaborasi global untuk mengatasi krisis pangan yang saat ini banyak mengancam negara-negara di dunia. Mentan SYL menjelaskan sebagai bagian dari komunitas global, G20 berkomitmen mendukung peran krusial dari sektor pertanian dalam menyediakan pangan dan gizi bagi semua orang.

“Termasuk menjamin pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Jangan biarkan satu orangpun tertinggal di belakang, leaving no one behind,” tegas Mentan.

Sementara Direktur Jenderal PSP Kementan, Ali Jamil mencontohkan bagaimana komoditas kopi Indonesia amat digemari pasar internasional. Dalam acara ODICOFF, mereka amat tertarik terhadap potensi pengembangan kopi khas Indonesia.

Dijelaskan Ali Jamil, pengembangan korporasi petani kopi dinilai sangat tepat sasaran sebagai upaya meningkatkan produktivitas dan mutu dari kopi petani. “Kami terus mendorong pengembangan kawasan kopi disisi hilir. Salah satu upaya yang dilakukan via program Upland adalah penggunaan benih unggul kopi bersertifikat, budidaya kopi yang sesuai GAP dan GMP, serta ramah lingkungan,” paparnya.

Terkait Upland, Ali Jamil menjelaskan kalau program ini memiliki empat komponen kegiatan. “Untuk Komponen pertama terdiri dari peningkatan produktivitas dan pembentukan ketahanan pangan. Untuk komponen kedua adalah pengembangan agribisnis dan fasilitasi peningkatan pendapatan, komponen ketiga adalah penguatan sistem kelembagaan, dan komponen terakhir manajemen proyek,” jelasnya.

Ditambahkan Ali Jamil, ada 5 titik kritis dari kegiatan ini. Yang menjadi titik kritis pertama adalah kegiatan desain konstruksi prasarana lahan dan air irigasi. Hal ini meliputi aspek perencanaan, aspek teknis, aspek keuangan.

“Titik kritis lainnya adalah sosialisasi kepada petani mengenai kewajiban sharing dana 20% agar kegiatan berjalan sesuai rencana, kemudian pengelolaan bantuan alsintan pra dan pasca panen yang dilakukan oleh sub lembaga berbeda dalam kelompok tani,” pungkasnya.