Pertalite Ketuker Solar di SPBU Salatiga Sebabkan Banyak Kendaraan Mogok, Pertamina Angkat Bicara

Avatar photo

SALATIGA – Pertalite ketuker dengan solar, pasokan bahan bakar jenis Pertalite ke SPBU 43.507.16 Jalan Lingkar Salatiga (JLS), Lingkungan Gamol, Kelurahan Kecandran, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga dihentikan selama satu bulan.

Seperti diberitakan sebelumnya, banyak konsumen yang kendaraannya mogok setelah isi pertalite di SPBU ini.

Karena ternyata yang diisikan ke kendaraan bulan pertalite melainkan solar.

Ternyata itu karena SPBU tersebut melakukan kesalahan dengan memasukkan selang bongkar Solar ke tangki Pertalite.

Penghentian kiriman Pertalite ini dimulai Selasa (18/10/2022).

Area Manager Communication, Relations, & Corporate Social Responsibility (CSR) Regional Jawa Bagian Tengah PT Pertamina Patra Niaga, Brasto Galih Nugroho, saat dihubungi, Jumat (21/10/2022) mengungkapkan, pihak SPBU sudah bertanggung jawab.

“Pihak SPBU sudah bertanggung jawab dengan melakukan pengurasan tangki kendaraan konsumen dan mengganti BBM-nya dengan Pertamax. SPBU juga sudah melakukan pembersihan pada tangki pendam yang tercampur antara Solar dan Pertalite,” paparnya.

Menurut Brasto, dengan dihentikannya pasokan sementara Pertalite selama satu bulan, konsumen dapat membeli Pertamax dan Pertamax Turbo di SPBU tersebut.

Diberitakan sebelumnya, puluhan warga Kota Salatiga mengeluh dan datangi SPBU 43.507.16 yang berada di Jalan Lingkar Salatiga Kelurahan Kecandran Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga.

Para warga meminta tanggung jawab karena telah membeli bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite yang bercampur solar.

Akibat hal tersebut membuat kendaraan yang sudah terisi pertalite menjadi mogok.

Warga Gamol Kota Salatiga, Lasmini mengatakan bahwa setelah membeli BBM sebesar Rp 20 ribu di SPBU tersebut, tak lama motor miliknya menjadi mati.

“Saya mengira BBM sepeda motor saya habis, lalu saya membeli lagi di pom bensin Gamol, setelah isi pertalite sepeda motor saya kemebul seperti motor dua tak dan tersendat lalu mati dan tidak mau dihidupkan,” kata Lasmini kepada Tribunjateng.com, Senin (17/10/2022).

Setelah motor tersebut mati, Lasmini langsung membawa ke bengkel dan mengetahui bahwa motor miliknya tercampur solar.

“Tangki motor langsung saya kuras,” jelasnya.

Warga Salatiga, Sugiyono menjelaskan bahwa dirinya setelah membeli BBM di SPBU tersebut menjadi macet dan harus di bawa ke bengkel.

Hal yang sama dialami Sugiyono dan puluhan warga lainya.

“Saya kesini mendatangi pom bensin mau minta ganti rugi dan dari pihak pom bensin diganti pertamax,” kata Sugiyono.

Selain itu, Warga Tuntang, Widodo mengaku setelah membeli BBM jenis pertalite di SPBU 43.507.16, mobil miliknya menjadi brebet dan mengeluarkan asap.

“Saat itu saya membeli pertalite pada Minggu (16/10) sore di SPBU ini, setelah saya selesai mengisi lalu saya pulang dan dalam perjalanan mobil saya menjadi ngadat dan brebet,” kata Widodo.

“Knalpot juga ngebul, lalu hari ini saya komplain ke SPBU ini dan ternyata banyak juga warga yang komplain,” imbuhnya

Sementara itu, Pengelola SPBU 43.507.16, Joko membenarkan adanya komplain dari para konsumen.

Bercampurnya kedua jenis BBM itu pasca hari Jumat (13/10/2022) pagi usai truk tangki bongkar BBM mengisi di tangki penyimpanan.

Setelah itu banyak para pembeli yang komplain ke pihak SPBU.

“Kepada konsumen yang komplain dan menyertakan bukti pembelian langsung kami ganti dengan pertalite, selain itu juga kami mengganti biaya perbaikan atau servis,” kata Joko.

Ia mengaku akan mengganti biaya servis jika ada kendala setelah membeli di SPBU ini.

“Kita tanggungjawab jika memang kendaraan tersebut yang terlanjur membeli BBM ada kendala,” terangnya.

Menurutnya pihaknya sudah sesuai SOP dan tidak ada kekeliruan saat mengisi BBM di tangki penyimpanan.