Pak Polisi Insipirasi Polda Jateng, Antarjemput Sekolah Anak Difabel Hingga Bina Eks Napi Teroris

Avatar photo

SEMARANG – Di tengah gempuran kabar negatif terkait anggota polri, masih ada anggotanya yang memilih jalan sunyi dengan terus mengabdi.

Mereka berbakti di antara masyarakat tanpa pamrih dan konsiten untuk tahu apa arti sebuah pengabdian.

Tribun merangkum dua polisi di Polda Jateng yang melakukan hal tersebut.

Mereka yakni Bhabinkamtibmas Bergaslor Polsek Bergas, Polres Semarang, Aipda Kak Agus Hermanto dan personel Sat Binmas Polrestabes Semarang, Bripka Purnomo.

Aipda Agus di wilayah kerjanya rutin melakukan antarjemput sekolah terhadap disabilitas dan anak dari keluarga tak mampu di wilayahnya.

Sedangkan Bripka Purnomo merangkul para eks napi teroris (napiter) untuk berdaya secara ekonomi dan kembali mencintai ibu Pertiwi.

“Iya, kalau saya antarjemput anak disabilitas dan anak dengan kondisi ekonomi tidak mampu, mereka saya antarjemput pakai motor dinas saya,” ujar Aipda Agus kepada Tribun, Selasa (13/12/2022).

Ia dengan menungganggi motor dinasnya setiap pagi dan siang bolak-balik ke SDN Bergaslor 2.

Niat awalnya berinisiatif antarjemput anak tersebut lantaran merasa kasihan melihat mereka jalan kaki terutama para siswa yang jauh dari sekolah.

Hal yang paling membuat terharu yakni kakak beradik bernama Azril dan Azam yang mana masih sama- sama kelas 1 SD.

Azril memiliki kendala berupa disabilitas wicara. Setia harinya, anak itu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat.

“Uang saku kedua anak tersebut diberi Rp5 ribu berdua, pekerjaan orangtuanya jualan siomay dan memiliki lima saudara lainnya sehingga kondisi mereka memang butuh perhatian,” ungkapnya.

Di samping itu, personel Sat Binmas Polrestabes Semarang, Bripka Purnomo melakukan pendekatan dengan menggandeng eks napiter yang tergabung dalam Yayasan Putra Persaudaraan Anak Negeri (Persadani).

Melalui yayasan tersebut, dirinya merangkul, mengajak serta mengedukasi para eks napiter untuk memberikan solusi mengenai bahaya radikalisme dan terorisme di kota Semarang.

Ia menuturkan, program yang diinisiasinya sejak tahun 2016 dengan membentuk program pendekatan anti radikalisme dan anti terorisme yang mengedepankan empat konsep.

“Konsep pertama dengan mengajak eks napiter agar tidak kembali kepada paham radikal dan terorisme sebagaimana yang pernah dilakukan melalui konsep deradikalisasi POLICING WITH HEARTS terhadap eks napiter berserta keluarganya,” tuturnya.

Konsep kedua dengan membentuk dan melakukan pendampingan sebuah Yayasan Persadani yang dikelola olah mantan eks napiter.

Tujuannya melakukan deteksi dini monitoring pendampingan para eks Napiter baru yang telah menjalani hukuman agar bergabung dalam rangka deradikalisasi pemahaman terkait pentingnya keterlibatan dalam membangun jiwa NKRI.

Diakuinya, tidak mudah melakukan pendekatan terhadap para mantan napiter.

Tidak jarang penolakan dialaminya saat melakukan pendekatan.

Bahkan sempat merasa ngeri juga saat pertama kali melakukan sambang.

“Mereka mempunyai anggapan bahwa polisi merupakan musuh mereka yang telah menangkap dan memenjarakan mereka. Juga kebencian-kebencian lainnya sehingga tidak jarang menolak jika tahu didatangi oleh polisi,” tuturnya.

Awalnya dirinya hanya mampu menggandeng tiga orang mantan napiter yakni Sri Puji, Mahmudi Haryono, Wawan Supriatin.

Kini, jumlah mantan eks napiter yang bergabung di Yayasan Persadani terus bertambah mencapai 15 orang.

Konsep ketiga, dengan mendorong eks napiter yang tergabung dalam yayasan Persadani agar memiliki usaha dalam rangka ekonomi kreatif untuk kesejahteraannya beserta keluarga.

Bantuan yang diberikan bukan dalam bentuk uang tunai, namun dalam bentuk pelatihan ekonomi kreatif dan kewirausahan.

“Program itu seperti budidaya lele, laundry, dinas tenaga kerja keterampilan boga, dinas perikanan budidaya ikan dengan menggandeng Baznas,” katanya.

Konsep keempat yaitu melakukan upaya optimal agar masyarakat mau menerima keberadaan eks napiter sebagai bagian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Upaya tersebut dilakukan dengan mengedepankan level terkecil kamtibmas 3 Pilar (lurah, Bhabinkamtibmas dan babinsa).

Level itu untuk membantu terkait dengan kebutuhan para eks Napiter dan keluarganya terutama pembinaan harkamtibmas serta peniadaan stigma negatif terhadap eks napiter dan keluarga di wilayah binaan.

Terobosan yang dilakukan polisi yang menjabat sebagai Kasubnit Bhabinkamtibmas Satbinmas Polrestabes Semarang tersebut kemudian menjadi Pilot Project Kamdagri oleh Korbinmas Polri.

“Karena berdasarkan informasi yang saya terima dari Korbinmas Polri, terobosan yang kami lakukan ini yang pertama kali dilakukan oleh personil Binmas,” bebernya.

Upayanya tersebut juga mendapat sorotan dari BNPT yang kemudian memberikan penghargaan saat perayaan ulang tahun BNPT tahun 2022.

“Kami tidak mengajukan tapi mereka mengirimkan undangan ke Polrestabes Semarang di situ ada nama kami untuk hadir menerima penghargaan. Kami menerima penghargaan langsung dari kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar,” jelasnya.

Ia berharap, upaya yang dilakukannya dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat dan anggota polri lainnya yang di wilayahnya terdapat eks napiter.

“Kita harus dapat merangkul eks napiter dan keluarganya untuk tidak kembali pada ideologi yang lama.

Jangan sampai ada anggapan bahwa di wilayah yang ada eks napiter, wilayah tersebut tidak aman,” tandasnya.