Merawat Nilai, Moral, dan Etika Jawa Dalam Kebhinekaan Salatiga Sebagai Indonesia Mini

Avatar photo

Salatiga Sebagai Indonesia Mini

Kota Salatiga – walaupun kota kecil tapi dikenal sebagai kota pendidikan, karena ada beberapa perguruan tinggi, seperti: UKSW, STAIN, STI AMA, maupun sekolah-sekolah tinggi baik yang umum ataupun berasas agama. Sehingga menarik berbagai pendatang dari luar Salatiga dari pulau Jawa maupun luar pulau Jawa untuk tinggal baik sementara ataupun tinggal tetap. Karena hal ini masyarakat Salatiga menjadi plural baik secara etnis, suku, agama dan budaya. Maka tidak heran jika kota Salatiga juga terkenal sebagai Indonesia Mini dan juga menjadi salah satu kota toleran di Indonesia, dikarenakan keberagaman budaya dapat berkembang harmonis dan rukun dengan menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan yang ber-Bhineka Tunggal Ika.

Salatiga adalah kota yang sangat multikultural yang mewakili kehidupan Indonesia. Faktanya masyarakat Salatiga bukan hanya satu suku saja yaitu Jawa, tetapi berlatar belakang banyak suku seperti suku Batak, Tionghoa, Sunda, Papua, dan sebagainya, yang berasal dari pelosok Sabang sampai Merauke.

Jumlah penduduk Salatiga sebesar 177.088 jiwa yang terdiri dari 78% penduduk beragama Islam, 17% Protestan, 5% Katolik dan sisanya beragama Hindu, Budha dan Jawa (Kejawen). Salatiga dapat dikatakan semacam kesatuan dalam keberagaman. Karena walaupun terdapat berbagai macam kebudayaan, tradisi, dan agama masyarakat kota Salatiga mampu menghargai dan menghormati setiap keragaman yang ada.

Ada beberapa nilai, moral dan etika budaya Jawa yang masih sangat kental di Salatiga, yaitu :

Kebudayaan Jawa yang lembut dan kalem
Karena tutur kata masyarakat jawa menggunakan bahasa Jawa dikenal sangat halus/ lembut dan kalem kepada setiap orang.

Tingkah laku orang Jawa ramah, sopan dan senang bergaul
Tingkah laku orang Jawa ramah, sopan dan senang bergaul, bisa dilihat dari sikap orang Jawa yang cenderung sangat ramah dan sopan, serta atitude yang menunjukkan sikap senang bergaul kepada semua orang.

Orang Jawa memiliki sifat penyabar
Budaya Jawa yang ramah dan sopan ini, menjadikan orang jawa memiliki sifat yang selalu mengedepankan sikap penyabar, tidak mudah emosi dalam menghadapi permasalahan dan tidak menyukai kekerasan, terlebih dalam pergaulan, karena orang Jawa memiliki motto “lebih baik memiliki banyak sahabat daripada satu musuh”.

Budaya Jawa yang senang membantu (saling tolong-menolong)
Dalam kehidupan bermasyarakat, budaya Jawa mengajarkan sikap saling tolong-menolong antar individu ataupun antar kelompok sehingga para pendatang baru tidak mengalami kesulitan dalam menjalani adaptasi di Salatiga.

Budaya Jawa menjunjung tinggi toleransi
Dikarenakan Kota Salatiga memiliki berbagai umat agama, budaya dan adat kepercayaan yang berbeda, orang Jawa penduduk asli Salatiga selalu berusaha untuk menghargai dan menghormati perbedaan tersebut. Itulah mengapa Salatiga termasuk salah satu kota dengan toleransi yang tinggi di Indonesia.

Kaidah Dasar Kehidupan Masyarakat 
Dari beberapa nilai, moral, dan etika budaya Jawa yang masih sangat kental di Salatiga, menghasilkan beberapa kaidah dasar dalam kehidupan masyarakat Jawa di Salatiga, antara lain:

Dasar Kerukunan
Dalam kehidupan bermasyarakat sangat diperlukan kerukunan untuk menciptakan keadaan yang selaras, harmonis, tenang, dan tentram. Dengan demikian perselisihan dan pertentangan tidak akan tercipta dan mengganggu keselarasan yang sudah tercipta.

Nilai, norma, dan moral yang ada pada masyarakat Jawa selalu mengajarkan untuk menguasai diri baik dalam emosi maupun perilaku, berusaha untuk tidak mencampuri urusan orang lain, tata krama dalam pergaulan, dan sebagainya. Sehingga kerukunan sangat penting untuk menciptakan keselarasan sosial dan keadaan yang rukun tanpa adanya perselisihan dalam masyarakat kota Salatiga.

Prinsip Hormat
Setiap orang harus bisa bersikap hormat terhadap orang lain, mulai dari cara berbicara, bersikap, dan membawa diri sesuai dengan kedudukan dan derajatnya. Jika dilihat dari tinggi rendahnya suatu kedudukan, untuk mereka yang berkedudukan tinggi harus lebih dihormati, sedangkan kepada mereka yang kedudukannya lebih rendah yaitu dengan sikap yang kebapakan dan keibuan serta dengan rasa tanggung jawab.

Dalam bercakap-cakap dan menyapa orang Jawa menggunakan istilah keluarga. Istilah-istilah dalam Bahasa Jawa perbedaan jenis sering tidak terungkap. Tapi jika perlu diungkapkan tambahkan kata sifat perempuan “wadon” atau laki-laki “lanang”. Lawan bicara yang lebih muda disebut junior dan yang lebih tua disebut senior. Laki-laki yang lebih tua disebut mbah atau kakek atau eyang, seumuran disebut kak atau kang, dan yang lebih muda disebut dhik. Wanita yang lebih tua disebut simbah atau mbok, seumuran disebut mbakyu, dan yang lebih muda disebut dhik.

Etika Keselarasan Sosial
Berkaitan penjelasan diatas, kedua prinsip yaitu kerukunan dan hormat tersebut sangat berkaitan dan berhubungan erat, dan merupakan prinsip masyarakat Jawa dalam mengatur interaksinya.

Tujuan dari prinsip tersebut untuk mencegah interaksi konflik terbuka dan disetiap kedudukan dan pangkat dapat diakui dengan sikap hormat yang tepat. Sehingga kedua prinsip kerukunan dan hormat itu adalah prinsip-prinsip keselarasan dalam etika Jawa (Magnis-Suseno, 1984).

Peran nilai, moral dan etika budaya masyarakat Jawa
Pentingnya peran nilai, moral dan etika budaya masyarakat Jawa terhadap kegiatan dan etnis lain (Masyarakat Luar Jawa) di kota Salatiga, akan dapat menumbuhkan sikap saling menghargai antar warga membentuk perilaku yang lebih beretika, sehingga setiap warga akan saling segan sehingga dapat mencegah terjadinya perselisihan dan perpecahan di Kota Salatiga.

Nilai, moral dan etika budaya Jawa sangat penting bagi warga asli Salatiga yang notabene etnis Jawa agar perlu memperhatikan nilai dan moral para pendatang, sehingga dapat diterima di lingkungan masyarakat Salatiga. Tidak semua nilai moral dari etnis lain sama dengan nilai moral etnis jawa. Sehingga kita harus tetap menerapkan apa yang menjadi nilai, moral dan etika Jawa dengan tetap menghargai nilai moral budaya dari etnis lainnya. Dalam keseharian tentunya masyarakat saling berbaur, antara etnis Jawa dengan warga dari etnis lainnya.

Pengaruh budaya etnis lain terhadap perilaku nilai, moral dan etika budaya Jawa di masyarakat Salatiga, tidak harus terlalu mempengaruhi, tetapi untuk saling melengkapi. Jadi perbedaan sikap, adat atau kebiasaan etnis pendatang hendaknya memberi pemahaman baru akan etnis selain Jawa, sehingga setiap warga Salatiga bisa saling menyesuaikan dan memahami satu dengan yang lain.

Dengan kata lain warga etnis Jawa di Salatiga harus bisa beradaptasi dengan etnis pendatang, namun penerapan nilai, moral dan etika budaya Jawa tidak boleh luntur, tetapi tetap menjadi pedoman dalam kehidupan masyarakat kota Salatiga sehari-hari. Begitupun sebaliknya, nilai, moral dan etika budaya etnis pendatang pun diharapkan juga bisa beradaptasi dengan nilai, moral dan etika budaya Jawa, agar tercipta kerukunan dan sikap toleransi yang ber-Bhineka Tunggal Ika.