Berita  

Melihat Prosesi Ritual Sang-Sin di Semarang

Avatar photo

SEMARANG Menjelang imlek, etnis Tionghoa yang tergabung dalam Perkumpulan Boen Hian Tong di Pecinan Semarang menyiapkan sesaji makanan kesukaan Presiden Ke-4 RI Aburrahman Wahid atau Gus Dur.

Hal itu dilakukan dalam rangkaian peribadatan menyambut Tahun Baru Imlek untuk mengenang jasa sosok yang dikenal sebagai Bapak Tionghoa Indonesia.

“Sincinya (papan arwah) Gus Dur itu diletakkan bersama sincinya para leluhur atau ketua-ketua Rasa Darma terdahulu. Sembahyangnya sama, namun sesajiannya yg berbeda,” kata Ulin Nuha, Humas Boen Hian Tong kepada Kompas.com di Gedung Rasa Darma, Minggu (15/1/2023).

Ulin menjelaskan biasanya sesaji akan diletakkan di meja altar setelah sembahyang. Sajian itu disebut Sam Seng, yang mewakili udara, darat, dan air. Air diwakili ikan badeng. Itulah yang membuat bandeng besar laris, habis, dan sangat mahal menjelang imlek karena dicari untuk ditaruh meja altar. Darat, biasanya diwakili babi. Lalu udara biasanya unggas seperti burung dan sejenisnya.

Khusus di Rasa Darma yang menunjukkan penghormatan pada Sinci Gus Dur, di altar itu sesaji babi digantikan dengan kambing guling dan sejenisnya yang berkriteria hewan kaki empat halal di daratan.

“Dan ada satu lagi yang istimewa khusus untuk Gus Dur, gorengan (mendoan), kopi hitam, sama rokok. Itu kalo mau tanya apa spesialnya Gusdur di meja altar Boen Hian Tong,” bebernya sebagaimana pesan Sinta Nuriyah, istri Gus Dur.

Ulin melanjutkan, sisanya masih ada ayam sambel kecombrang dan tumpeng sebagai lambang gunungan kehidupaan. Lalu sama didoakan dan dibersihkan. Keberadaan sinci Gus Dur di Rasa Darma lantaran jasanya yang besar bagi peradaban orang Tionghoa di Indonesia. Pasalnya dahulu warga Tionghoa sulit beribadah atau bahkan hanya perayaan keluarga.

“Tapi begitu Gus Dur mengeluarkan undang-undang (Inpres Nomor 6/2000) kan jadi lebih mudah tanpa harus sembunyi-sembunyi. Kenapa sih harus sembunyi kita sendiri bertanya-tanya kenapa tidak boleh beribadah. Nah Gus Dur yang menjawab semua itu,” terangnya.

Tidak hanya disembahyangkan, pihaknya juga melakukan ziarah yang disebut Ceng Beng ke makam Gus Dur di Jombang untuk mengingat kembali perjalanan hidup dan jasanya. Ziarah itu bahkan dibuka untuk umum.

“Membentuk kesadaran bahwa Gus Dur membuka sebuah jalan di peradaban. Kita gak bicara 1 atau 2 tahun, kita bicara soal peradaban yang sepenuhnya berubah,” pungkasnya.

#Polrestabes Semarang, #Polres Rembang, #Polres Demak, #Polres Pati, #Polres Banjarnegara, #Polres Semarang, #Polres Batang, #Pemkab Banjarnegara, #Kabupaten Banjarnegara, #Polda Jateng, #Hendri Yulianto, #Budi Adhy Buono, #Irwan Anwar, #Dandy Ario Yustiawan