Lima Kasus Buang Bayi di Kota Semarang Belum Terpecahkan

Avatar photo

SEMARANG, Jateng – Angka kasus buang bayi cukup tinggi terjadi di Kota Semarang. Selama enam bulan terakhir, sudah ada lima kasus yang tercatat. Lima bayi yang dibuang masing-masing tiga bayi tewas dan dua selamat.

Kasus terakhir ditemukan bayi laki-laki dibuang di Jalan Karangrejo 6, Gang Buntu, Srondol Wetan, Banyumanik. Mirisnya, bayi tersebut tewas dengan dibungkus hijab warna putih.

Polisi masih melakukan penelusuran terhadap lima kasus buang bayi tersebut. Namun,minimnya saksi dan barang bukti menjadi kendala.

“Sementara (kasus) masih belum (terungkap). Masih penyelidikan semua,” ujar Kanit Resmob Satreskrim Polrestabes Semarang, Iptu Dionisius Yudi Christiano, Senin (26/6).

Menurutnya, kasus itu belum kunjung terungkap lantaran masih kekurangan petunjuk dari beberapa lokasi kejadian terutama rekaman CCTV. “Saksi yang melihat juga masih terbatas,” ungkapnya.

Para pelaku buang bayi nekat melakukan hal itu karena kondisi terdesak sehingga menutupi nalurinya sebagai manusia.

Hal itu  diungkapkan psikolog RS Elisabeth Semarang, Probowatie Tjondronegoro. “Pelaku over thingking nanti misal ada anak tanpa bapak, diusir orangtua, dianggap aib, takut dihukum lingkungan sehingga naluri sayang ke anak tertutupi,” ucapnya.

Pelaku yang kalut lantas melakukan apa saja supaya nama baiknya terjaga dengan membuang atau membunuh bayi.

Padahal perbuatan kriminal tersebut dapat memberikan dampak panjang terutama dalam segi psikologi pelaku.

Pelaku akan merasa trauma sekaligus memiliki rasa bersalah yang akan menghantui seumur hidup. “Hukuman penjara pun sebenarnya tidak menyembuhkan,” bebernya.

Dampak psikis yang dialami pelaku seperti gangguan kualitas hidup di masa mendatang. “Mereka yang pernah melakukan hal itu sampai sering terjaga saat malam hari ketika tidur karena perasaan bersalah,” terangnya.

Gangguan tersebut, lanjut dia, adalah cerita dari para pasiennya. Ia mengungkapkan, sering menghadapi pasien yang mengalami trauma lantaran perbuatannya membuang bayi atau menggugurkan bayi saat di dalam kandungan.

Namun, pasiennya mayoritas membuang bayi untuk tetap hidup sehingga dibuang di tempat seperti panti asuhan, pos satpam dan lainnya.

Bukan ke sungai maupun kebun kosong.

Ia belum pernah menemukan pasiennya sampai tega membuang bayi hingga meninggal dunia. “Meskipun begitu sama saja karena dampaknya tetap merugikan,” paparnya.

Terpisah, Pengelola Griya Welas Asih Semarang Rosalia Amaya mengatakan, sangat menyayangkan kasus pembuangan bayi di kota Semarang. Padahal lembaganya sangat terbuka terhadap perempuan yang mengalami kehamilan tak dikehendaki.

“Jangan sampai dibunuh, anak tidak bersalah, masih ada jalan keluar, salah satunya Griya Welas Asih Semarang,” katanya kepada Tribunjateng.com.

Para perempuan yang datang ke Griya Welas Asih dalam kondisi hamil tak diinginkan baik dari korban kekerasan seksual, ditinggal pasangan, maupun kasus-kasus lainnya.

Mereka takut dan kalut tidak ada sosok yang mau tanggung jawab. Bahkan, di antara mereka ada yang hendak bunuh diri. “Mereka pikir hilang malu itu dibuang digugurkan tanpa berpikir kesehatannya,efek ke tubuh mereka sudah tak berpikir padahal aborsi itu mati taruhannya,” katanya.

Ia pun meminta para perempuan yang menghadapi persoalan itu segera mencari tempat perlindungan. Begitupun orangtuanya ketika anaknya menghadapai hal itu segera mencarikan solusi persoalan di antaranya ke tempat penampungan seperti Griya Welas Asih Semarang.

“Tinggal datang ke Griya Welas Asih nanti kami tolong,” tandasnya. (aslama)

Sumber: jateng.tribunnews.com

 

Polda Jateng, Jateng, Polrestabes Semarang, Polres Rembang, Polres Sukoharjo, Polres Pati, Polres Batang, Polres Humbahas, Polda Sumut, Kapolres Sukoharjo, AKBP SIGIT, AKBP Hary Ardianto, Polres Lamandau, AKBP Bronto Budiyono, Polres Banjarnegara, Kapolres Banjarnegara, Pemkab Banjarnegara, Kabupaten Banjarnegara, Kapolres Rembang, AKBP Suryadi