Berita  

Lahan Produktif Berkurang, Dampak Rob di Demak Meluas dari Sayung hingga Wedung

Avatar photo

Demak – Pemkab Demak mencoba ingin mengatasi berbagai hal terkait dengan bencana ekologis yang terjadi di wilayah pesisir Demak. Sebab, rob yang terjadi di wilayah Kecamatan Sayung kini makin meluas. Termasuk sampai wilayah Kecamatan Wedung.

Kondisi ini berdampak pada makin berkurangnya lahan produktif, utamanya lahan pertanian. Ahmad Nur Azizul dari Bappeda Pemkab Demak selaku ketua komisi irigasi Kabupaten Demak menyampaikan, dulu rob hanya ada di sekitar Sayung.

Namun, sekarang sudah sampai ke Onggorawe atau jalan raya Pantura Sayung. Rob juga telah merambah wilayah Kecamatan Bonang dan Kecamatan Wedung. Sejumlah desa telah terkena rob.

“Rob juga telah berimbas pada lahan pertanian yang makin  berkurang. Ini akhirnya berpengaruh pada produksi pertanian. Data 2018 misalnya, produksi padi  masih sekitar  807 ribu ton. Sekarang tinggal sekitar 677 ribu ton.  Artinya, tingkat produksi makin kurang dan ini berpengaruh pada ketahanan pangan,”ujarnya.

Selain dampak rob dan menurunnya permukaan tanah akibat pengambilan air tanah berlebihan dan reklamasi, luas lahan yang berkurang juga disebabkan makin maraknya alih fungsi lahan. Bahkan, adapula lahan irigasi yang kosong yang dikpaling-kapling untuk bangunan.

Alih fungsi lahan juga terjadi karena untuk kepentingan industri maupun perumahan. Untuk mengatasi masalah itu, kata Azizul, harus ada semangat koordinasi dan komunikasi antar instansi utamanya yang ada di dalam komisi irigasi.

“kita semua harus ada koordinasi dan saling tukar informasi. Kendala lapangan harus bisa disampaikan. Masalah lapangan bisa terselesaikan  dan terpecahkan,”ujarnya.

Menurutnya, menurunnya produksi padi perlu diwaspadai. Apalagi, Demak sudah jadi ikon lumbung pangan nasional. Demak menempati urutan tiga setelah Cilacap dan Grobogan.

“Kalau misalnya, ada kerusakan jarigan irigasi, maka perlu dipetakan. Mana yang menjadi kewenangan kita dari kabuapten dan mana yang menjadi kewenangan  provinsi serta pusat,”ujarnya.

Di wilayah Kabupaten Demak, masih banyak irigasi yang menjadi kewenangan provinsi dan pusat. Maka, koordinasi sangat diperlukan. Misalnya, bagaimana daerah tetap waspada terkait tanggul kritis. Apalagi ini sudah mau memasuki musim hujan.

“Kemudian, kita juga harus berpikir apakah  kemarau basah ini baik bagi kita atau tidak. Dalam arti kemarau basah ini bermanfaat bagi tanamam atau justru menjadi penyebab munculnya penyakit yang mengganggu tanaman. Tanggul kritis bisa segera dikoordinasikan.  Meski bukan kewenangan Demak, tapi setidaknya bisa disampaikan ke dinas instansi terkait,”katanya.

Suroso selaku pengurus komisi irigasi dari Bidang SDA Dinputaru Pemkab Demak menambahkan, saat ini komisi irigasi  juga masih menunggu operasional Waduk Jragung yang kini dalam proses pembangunan.