Mengabarkan Fakta
Indeks

Kedatangan Tim Divisi Humas Polri di Dayah Khairuddaraini Pidie Diiringi Dengan Lantunan Selawat

Sigli – Kedatangan tim dari Divisi Humas (adivhumas) Polri disambut lantunan selawat ratusan santri Dayah Khairuddaraini, Gampong Leun Tanjong, Kecamatan Padang Tiji, Kabupaten Pidie, Selasa, 26 Juli 2022.

Rombongan yang dipimpin Kasubbag Berita Bagpenum Ro Penmas Divhumas Polri AKBP Gatot Hendro Hartono tersebut disambut langsung Pimpinan Dayah Khairuddaraini Abi Tarmizi M. Sabi Aji.

Kedatangan Tim Divisi Humas Polri tersebut untuk silaturahmi Kamtibmas dalam kegiatan kontra radikal.

Dalam kegiatan tersebut, Tim Divisi Humas Polri juga menghadirkan narasumber dari mantan napi teroris, Nasir Abbas yang memberikan edukasi dan sosialisasi terkait paham radikal dengan tema “Terorisme Musuh Kita Bersama”.

“Kegiatan ini sangat penting untuk antisipasi atau mencegah orang atau person berubah menjadi radikal, sehingga tidak melihat orang sebagai intoleran yang menyebabkan perpecahan satu sama lain,” ujar Katim Divhumas Polri dalam sambutannya.

Selanjutnya, dalam kegiatan itu juga Tim Divisi Humas Polri menghadirkan mantan narapidana terorisme Nasir Abbas sebagai narasumber saat silaturahmi kamtibmas kontra radikal.

Dalam kesempatannya, Nasir Abbas menceritakan, dirinya terjerumus ke dalam kelompok teroris pada umur 16 tahun setelah bertemu salah satu ustad yang juga pentolan teroris.

Saat itu, kata Nasir, Ia menerima tawaran gratis ke Afghanistan dengan dalih menjadi mujahidin yang membela agama. Namun, sesampai di sana dia malah disuruh pegang senjata dan merakit bom.

Nasir mengungkapkan, di Afghanistan atau Pakistan tidak ada literatur terkait teroris, yang ada malah seruan untuk berjihad dengan berperang.

“Saya ditawari ke Afghanistan secara gratis. Namun, di sana disuruh berperang. Saya tidak dapatkan literasi tentang bahaya teroris, yang ada cuma jihad dengan perang,” ungkap Mantan Napi Teroris itu.

Seiring berjalannya waktu, Nasir mulai berseberangan dengan kelompok radikal, sehingga ia memilih taubat dan kembali ke jalan yang benar, sebelum ditangkap pada rahun 2003 silam.

Dia mengaku bertaubat setelah sadar kalau terorisme adalah tindakan yang menyebabkan ketakutan dan kerusakan yang meluas serta bersikap intoleran karena tidak menerima perbedaan.

“Teroris itu bukan jihad. Mereka adalah orang-orang intoleran yang tidak menerima perbedaan,” kata Nasir

Nasir juga mengungkapkan, bahwa doktrin terorisme di Indonesia lebih cenderung mengeksploitasi targetnya melalui ayat suci Al-Qur’an dan memainkan isu-isu Islam garis keras.

Nasir, yang juga mantan teroris itu berharap, masyarakat Indonesia harus lebih peka terhadap isu-isu atau ajakan terkait radikalisme dan membantu memberikan pemahaman bahwa negeri kita ini negara berazaskan pancasila.

“Mari sama-sama kita beri pahaman kepada masyarakat tentang bahaya radikalisme dan paham-paham yang berseberangan dengan pancasila,” imbau Nasir Abbas.

Di akhir kesempatan, Nasir juga sempat memberikan pemahaman tentang pancasila kepada para santri. Ia menjelaskan detail kalau pancasila tidak bertentangan dengan Islam.

“Dasar negara kita adalah pancasila. Semuanya telah diatur dalam pancasila. Termasuk tentang kehidupan beragama,” katanya.