Jembatan Kayu Ini Jadi Akses Andalan Warga Perbatasan Kudus-Demak

Avatar photo

DEMAK – Jembatan kayu di Sungai Wulan ini menjadi andalan warga perbatasan Kabupaten Kudus dengan Demak, Jawa Tengah. Warga melintasi jembatan alternatif ini untuk aktivitas sehari-hari karena jalur utama jaraknya lebih jauh.

Jembatan kayu sepanjang 40 meter membentang di atas Sungai Wulan. Jembatan itu menghubungkan Desa Setrokalangan, Kecamatan Kaliwungu, Kudus, dengan Desa Kedungwaru, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak.

Warga yang melintasi jembatan kayu itu berasal dari Demak yang mayoritas bekerja di Kudus. Jika melintas jalan utama, warga harus memutar jalan sejauh 15 kilometer.

Salah satu warga, Nita (22), mengaku sehari-hari melintas di jembatan kayu Sungai Wulan. Wanita asal Kedungwaru yang bekerja di pabrik rokok di Kudus ini memilih melintas jembatan kayu daripada melintas jalan utama.

“Kerja sampai pulang lewat sini, kerja di pabrik ini. Bayar Rp 2 ribu. Membantu ini lebih cepat, jauh muter jauh, lumayan ini biar cepat,” kata Nita, Senin (19/9/2022).

Nita mengaku menggunakan jembatan kayu saat musim kemarau. Sedangkan musim hujan memilih melintas jalan utama. Sebab saat musim hujan, jembatan tersebut tidak berfungsi dan dialihkan menggunakan perahu.

“Waktu kemarau saja. Kalau hujan lewat jalur utama, jaraknya lumayan jauh,” ujar dia.

Senada dengan warga lainnya, Subroto (55). Warga Demak ini juga sering menggunakan jembatan kayu ini daripada melintas jalan utama karena jaraknya lebih dekat untuk sampai di Kudus. Dia mengaku sehari-hari bekerja di Kudus.

“Sehari-hari lewat ini, sudah biasa. Kerjanya di Kudus lewat sini lebih dekat,” terangnya.

Jembatan kayu di Sungai Wulan penghubung Desa Setrokalangan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus dengan Desa Kedungwaru Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak, Senin (19/9/2022).

Salah satu penjaga jembatan, Suwarno (44), mengatakan dia sudah bekerja menjaga jembatan kayu Sungai Wulan ini selama empat tahun. Menurutnya jembatan kayu ini membantu warga melintas dari Kudus dan Demak ataupun sebaliknya.

“Jembatan untuk membantu masyarakat wilayah Demak yang pekerja buruh rokok di Kudus. Dari Demak ke Kudus, lewat Karanganyar jauhnya sekitar 15 kilometer sampai kerjaan pabrik rokok di Kudus,” kata Suwarno ditemui di lokasi.

Dia mengatakan jembatan kayu tersebut dibangun semi permanen. Warga dipungut biaya seikhlasnya. Sedangkan untuk anak sekolah digratiskan.

“Memasang jembatan ini sejak Agustus, sebelum jadi biasanya pakai perahu. Jam ramai jam sekitar 12.00 WIB sampai jam 14.00 WIB. Itu warga pekerja buruh, selanjutnya ada warga yang melintas sedikit. Banyak yang senang sini karena memotong jalan,” jelasnya.

“Tarif biayanya seikhlasnya, ada Rp 1 ribu, ada Rp 2 ribu, perahu juga sama. Kalau anak-anak sekolah gratis, itu tidak ada yang saya minta pungutan tidak ada,” imbuh Suwarno.

Suwarno mengatakan jembatan semi permanen di Sungai Wulan sudah ada sejak puluhan tahun. Hanya saat musim hujan jembatan dari kayu terbawa arus sungai. Warga kembali membangun jembatan saat musim kemarau.

“Kondisi jembatan semi permanen seperti ini sudah ada puluhan tahun. Saat kemarau kami memasang jembatan dari kayu kalau penghujan diganti menggunakan perahu. Ini saya sudah termasuk generasi ketiga adanya jembatan kayu yang ada di Sungai Wulan,” imbuh Sumarno.

Terpisah, Sekda Kudus, Sam’ani Intakoris, saat dimintai konfirmasi soal pembangunan jembatan permanen yang lebih layak, menjelaskan untuk pengusulan jembatan perlu musyawarah di tingkat Provinsi Jawa Tengah. Pembangunan jembatan bisa menggunakan anggaran Bankeu Gubernur Jawa Tengah.

“Karena lintas antarkabupaten maka perlu musyawarah, untuk diusulkan ke Provinsi Jawa Tengah bisa lewat bankeu gubernur,” kata Sam’ani lewat pesan singkat siang ini.

“Dihitung data lalin LHR dari sisi ekonomi, sosial, keamanan, itu biaya besar karena panjang bisa mencapai 170 meter antar tanggul, biayanya bisa mencapai Rp 125 miliar. Perlu koordinasi dengan BBWS dan Bina Marga itu untuk ilustrasi alur pengajuan,” jelasnya.