Jalur Pantura Demak Ngeri, Ratusan Miliar Disebut Hangus Sia-sia

Avatar photo

Salatiga –  Kemacetan di jalur Pantura Demak tergolong ngeri.

Sekali macet bisa berkilometer dan sudah terjadi berbulan-bulan.

Imbasnya, disebutkan membuat ratusan miliar hangus sia-sia.

Hal ini dikatakan anggota DPR RI Abdul Wachid Dapil II (Jepara, Kudus dan Demak).

Biang kemacetan jalur utara Jawa Tengah itu karena pembangunan jembatan Wonokerto yang dimulai sejak 20 juli 2022 lalu.

Perkiraan, proses pembangunan jembatan ini memakan waktu delapan bulan.

Artinya jika dihitung manual, baru akan selesai pada Maret 2023 mendatang.

Seiring pembangunan ini, kerap terjadi kemacetan beberapa kilometer, utamanya pagi dan sore hari.

Kemacetan jalur pantura Demak, Jawa Tengah karena perbaikan jembatan Wonokerto sebabkan kerugian ratusan miliar

Dok. Kominfo Demak

Kemacetan jalur pantura Demak, Jawa Tengah karena perbaikan jembatan Wonokerto sebabkan kerugian ratusan miliar

Abdul Wachid yang sering wara-wiri melewati jalur tersebut menyebut, kemacetan bisa berjam-jam.

“Saya merasa sangat tidak nyaman karena macet bisa berjam-jam. Kondisi ini sudah terjadi selama beberapa bulan,” keluh Abdul Wachid, (19/10/22).

“Saya amati pekerjaan jembatan Wonokerto Demak terkesan lambat sekali,” ujarnya.

Menurut Abdul Wachid, kemacetan itu berdampak serius terhadap perekonomian warga pantura.
Jika dihitung, kerugian yang ditanggung mpengguna jalan mencapai ratusan miliar.

Kerugian secara ekonomi terjadi, lanjut dia, karena moda transportasi sebagai penunjang pergerakan ekonomi masyarakat terhambat mobilitasnya imbas kemacetan panjang tersebut.

“Jelas berdampak ke mobil angkutan barang, angkutan jasa serta pengguna jalan pribadi,” tuturnya.

“Bayangkan berapa BBM yang terbakar akibat antrean yang rata-rata dua sampai tiga jam dengan ribuan mobil selama 24 jam,” papar Wachid.

Selain itu, Wachid mengungkapkan, dampak kemacetan tersebut juga berpengaruh terhadap kualitas barang yang diangkut.

Pengiriman barang juga tidak bisa tepat waktu.

“Barang akhirnya tidak segar atau busuk sehingga memicu kerugian,” jelasnya.

Berdasar info yang diterimanya, kata Wachid, pihak Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Jawa Tengah – DIY pernah berkirim surat ke Dirjen Bina Marga pada pertengahan September lalu.

Isi surat tersebut tentang perlunya jalur alternatif pengalihan arus lalu lintas di jalur pantura seiring proyek Jembatan Wonokerto.

Namun sayangnya, tidak ada tindak lanjut terkait surat tersebut.

Wachid menyarankan agar tim pengawasan dari Kementerian PUPR sering sidak lokasi proyek yang terkesan lambat ini.

“Mestinya jenis pekerjaan proyek di jalur utara baik jalan maupun jembatan bisa dikerjakan 24 jam penuh dengan 3 shift pekerjaan. Biar cepat selesai,” sarannya.

“Atau jalur tol Demak-Sayung yang pekerjaannya sudah 90 persen, bisa dipakai untuk mengatasi kemacetan dengan mengalihkan mobil kecil bisa lewat jalur tol,” celetuknya.

“Sedang bus dan truk tetap lewat jalur pantura,” harap Wachid.

Abdul Wachid mendorong agar kolega-koleganya di DPR yang merupakan mitra kerja KemenPUPR juga aktif melakukan pengawasan dengan turun langsung ke lapangan.

Langkah itu penting untuk memastikan proyek tersebut berjalan lancar dan tidak merugikan pengguna jalur pantura.

“Saya minta teman-teman DPR RI Komisi 5 segera turun lakukan sidak ke proyek pembangunan jembatan Wonokerto, Demak,” imbaunya.

“Silakan cek langsung apakah pekerjaannya sudah sesuai progres apa tidak?” tandasnya.