Mengabarkan Fakta
Indeks

Fase Bulan Baru, Banjir Rob Kembali Genangi Pantura Demak

DEMAK, Jateng — Banjir rob kembali menggenangi sejumlah desa di empat kecamatan di pesisir pantai utara Demak, Jawa Tengah, sepekan terakhir. Selain di permukiman, rob juga merendam sebagian Jalan Pantura Demak-Semarang. Kondisi itu terjadi karena adanya fenomena fase bulan baru.

Pada Selasa (16/2/2023) banjir rob masih merendam sejumlah wilayah di Demak, seperti Kecamatan Sayung (14 desa), Kecamatan Karangtengah (2 desa), Kecamatan Bonang (5 desa), dan Kecamatan Wedung (3 desa). Ketinggian banjir rob beragam, mulai dari 5 sentimeter (cm) sampai dengan 130 cm.

Di Jalan Pantura Desa Sayung, Kecamatan Sayung, banjir rob dengan ketinggian 5-10 cm pada Selasa patang. Ketinggian banjir rob disebut warga setempat bisa terus bertambah setidaknya sampai pukul 19.00.

Jahuri (43), warga Desa Sayung menyebut, banjir rob yang terjadi pada Selasa tergolong rendah. Sebelumnya, banjir di kawasan itu mencapai 10-15 cm. Banjir dengan ketinggian tersebut, terakhir kali terjadi pada Sabtu (13/5/2023) petang-malam.

”Sabtu petang yang lalu, kondisi lalu lintas di sekitar sini padat. Sebab, banyak kendaraan yang memaksakan diri melintas kemudian macet di tengah jalan. Macetnya cukup parah, dari sini (Sayung) sampai Desa Wonokerto di Kecamatan Karangtengah, kira-kira 10 kilometer panjangnya,” kata Jahuri saat ditemui, Selasa.

Menurut Jahuri, banjir rob yang terjadi sepekan terakhir merupakan hal biasa. ”Orang-orang di sini sudah hafal, setiap tanggal 10-17, apalagi di musim kemarau sudah pasti rob,” imbuhnya.

Asonhaji (66), warga Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung, yang setiap hari menempuh perjalanan Demak-Semarang juga terdampak kemacetan akibat banjir rob di Jalan Pantura. Oleh karena khawatir kendaraannya mogok di tengah jalan, Asonhaji memilih untuk menghentikan perjalanan sampai rob surut. ”Kalau robnya sudah surut, jalan lagi,” ujarnya.

Pengalaman terjebak macet akibat banjir rob di Jalan Semarang-Demak juga dibagikan oleh ulama asal Rembang, Ahmad Mustofa Bisri dalam sebuah unggahan di akun Instagram-nya. Unggahan yang diunggah pada Senin (15/5/2023) itu berisi sebuah foto jalanan yang terendam air.

”Pemandangan jalan Sayung (antara Semarang-Demak) malam hari difoto saat macet, sambil nahan pipis,” tulis Gus Mus, sapaan akrab Mustofa.

Selain di jalan raya, rob juga merendam permukiman warga. Bahkan, di beberapa desa, banjir rob yang telah merendam permukiman selama bertahun-tahun belum surut. Di Desa Timbulsloko misalnya, banjir rob tidak pernah surut sejak tahun 2017.

Kendati demikian, ketinggian banjir rob pada sepekan terakhir diakui warga memang bertambah. Biasanya, ketinggian air yang merendam rumah mereka sekitar 1 meter. Sejak Rabu (10/5/2023), ketinggian air rob mencapai 1,3 meter.

”Kalau robnya sedang naik begini aktivitas warga terganggu, terutama yang sekolah atau bekerja di luar kampung. Biasanya, anak-anak sekolah itu nanti diantar warga menyeberang menggunakan kapal. Sementara itu, para pekerja biasanya memilih untuk jalan kaki di tengah rendaman banjir rob,” tutur Sumiah (40), warga Desa Timbulsloko.

Pada Senin, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memublikasikan informasi terkait adanya potensi banjir di wilayah pesisir Indonesia. Adanya fenomena fase bulan baru pada 19 Mei 2023 disebut berpotensi meningkatkan ketinggian pasang air laut maksimum.

Biasanya, anak-anak sekolah itu nanti diantar warga menyeberang menggunakan kapal. Sementara itu, para pekerja biasanya memilih untuk jalan kaki di tengah rendaman banjir rob.

Berdasarkan pantauan data water level dan prediksi pasang surut, banjir rob berpotensi terjadi di Pesisir Aceh hingga Pesisir Papua Selatan. Di Pesisir utara Jateng, banjir rob diperkirakan terjadi pada 16-19 Mei 2023.

”Secara umum (banjir rob) berdampak pada aktivitas masyarakat di sekitar pelabuhan dan pesisir, seperti aktivitas bongkar muat di pelabuhan, aktivitas di permukiman pesisir, serta aktivitas tambak garam dan perikanan darat. Masyarakat diimbau untuk selalu waspada dan siaga dalam mengantisipasi dampak dari pasang maksimum air laut serta memperhatikan informasi cuaca maritim dari BMKG,” ujar Kepala Pusat Meteorologi Maritim Eko Prasetyo, dalam keterangannya.

Penanganan

Bertahun-tahun terdampak banjir rob, warga di Demak berharap persoalan itu diatasi. Sehingga aktivitas mereka tak lagi terhambat dan mereka bisa hidup di lingkungan yang layak.

Penanganan banjir rob disebut Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Demak M Agus Nugroho, bukan hal yang mudah. Menurut dia, Pemerintah Kabupaten Demak tidak sanggup mengatasi persoalan menahun itu sendirian. Mereka butuh bantuan dari pemerintah provinsi maupun pemerintah pusat.

“Selama ini, penanganan yang kami lakukan, antara lain memperbaiki saluran air, mengeruk sedimentasi sungai, serta mengoptimalkan pompa. Tak hanya itu, kami juga membuat polder serta tanggul pengaman sungai dan pantai,” kata Agus.

Agus meminta maaf kepada masyarakat terdampak rob dan berharap mereka diberi kekuatan serta kesabaran. Ia juga mendorong agar pemerintah pusat dan provinsi menormalisasi Sungai Dombo dan Sungai Babon di Sayung serta Sungai Tuntang Lama di Bonang. ”Kami juga memohon agar Kota Semarang menghentikan reklamasi pantai,” tuturnya.

Sumber: kompas.id

Polres Sukoharjo, Kapolres Sukoharjo, AKBP SIGIT, Kabupaten Sukoharjo, Polres Humbahas, Polres Pangandaran, Polda Sumut, Polda Jateng, Jateng, Polda Kalbar, Polda Kaltara