REMBANG – Kawasan hutan Mangrove desa Pasarbanggi mengalami penambahan daratan. Dalam setahun diperkirakan muncul tanah sekitar satu hektare karena sedimentasi. Akibatnya, pohon mangrove yang ditanam pun kebanyakan mati.
Dalam satu tahun, di lokasi yang berada di Kecamatan Rembang ini terdapat beberapa kali program penanaman Mangrove. Jika dihitung, totalnya lebih dari sepuluh ribu bibit baru.
Ketua Kelompok Sidodadi Maju, yang merupakan Pengelola Kawasan Lindung Hutan Bakau Pasarbanggi Purwanto menyampaikan, program penanaman tersebut merupakan kegiatan dari instansi hingga mahasiswa.
Sekali program, biasanya menanam sekitar enam ratus sampai dengan ribuan. Dari sekitar 10 ribu penanaman diperkirakan hanya hidup sekitar 30 sampai dengan 40 persen. “Kalau menanam mudah, 10 hektare tidak ada sebulan selesai. Tapi tidak ada perawatannya. Umur dua sampai tiga tahun aja mati,” jelasnya.
Hingga saat ini total area hutan bakau di sini sekitar 40 hektare. Kawasan ini juga dijadikan wisata. Diantara pepohonan mangrove diberi jembatan, sehingga warga bisa menyusuri sampai dengan ujung.
Besaran tanaman bakau di sini variatif. Ada yang tingginya lebih dari tujuh meter, hingga tanaman baru yang tingginya sekitar satu lutut. Di bagian ujung jembatan, diisi oleh tanaman-tanaman baru. Tekstur tanahnya seperti lumpur. Kemudian di sekitar terdapat genangan seperti aliran sungai. Namun dangkal. Kedalaman hanya sekitar sebetis.
Setelah itu, di sebelah utara nampak hamparan daratan dengan tekstur tanah padat. Bisa dilintasi sepeda motor. Itulah daratan baru akibat sedimentasi.
Sebagian besar bakau yang baru ditanam mati karena adanya sedimentasi yang membuat perubahan pada alur sungai.
“Sedimentasi di sebalah barat dan utara. (Tanah) yang tidak ada rumputnya itu berarti (sedimentasi) setahun. Kurang lebih kaya gitu (luas daratan baru sekitar satu hektare,Red),” ungkapnya.
Dari sedimen tersebut, membuat tanaman baru tertutup, kemudian mati. Selain itu juga memberikan dampak pada arus sungai di sekitar pantai.
“Karena sedimen, nutupi (jalur sungai). Karena sifat air mengalir ke bagian rendah, jadi belok (alur sungai berubah,Red),” jelasnya.
Menurutnya, alur sungai di sekitar pantai butuh normalisasi sehingga bisa lebih mudah apabila hendak menanam mangrove kembali.
“Semakin mangrove (ditanam) ke Utara, sedimen tanah semakin ke utara lagi,” katanya.