Curhat Pilu Preman Insyaf di Banjarnegara, Karena Tato Aku Sulit Dapat Jodoh

Avatar photo

BANJARNEGARA – Punya tubuh bertato mungkin menjadi kebanggan bagi sebagian orang yang memilikinya. Namun tak bisa dipungkiri, tato masih menjadi hal tabu di masyarakat.

Bahkan orang bertato kerap mendapat stigma buruk di masyarakat. Apalagi jika dihubungkan dengan moralitas atau syariat Agama.

Bertato identik dengan orang nakal, preman, pergaulan bebas, atau orang dengan konotasi buruk lainnya.

Ini yang membuat orang bertato sulit bersosialisasi dengan masyarakat pada umumnya, bahkan untuk mendapatkan pasangan.

Ini pula yang dialami AN, warga Kabupaten Banjarnegara. Umurnya tak lagi muda untuk ukuran pria lajang, sekitar 35 tahun.
Namun hingga kini, ia sulit mencari jodoh atau pasangan.

AN adalah pimpinan anak punk di komunitasnya. Tubuhnya dipenuhi tato hingga leher. Telinganya berlubang. Ia bekerja sebagai juru parkir di terminal. Berbagai bentuk kemaksiatan pernah ia lakukan, termasuk minum minuman keras.

AN tak mau terus-terusan hidup di jalanan. Ia ingin kembali ke jalan yang benar. AN memutuskan insyaf dan meninggalkan dunia hitam.

Namun tantangan bagi dia untuk berubah sangatlah berat. Stigmatisasi buruk tentangnya masih melekat.

Ia boleh berubah sikap hingga dipandang lebih baik. Namun tato yang memenuhi tubuhnya masih menjadi bumerang.

Sekalipun dia sudah berubah, namun orang tetap memandangnya buruk karena tubuhnya dipenuhi tato. Ia masih sulit bersosialisasi dengan orang-orang baik.

Ia bahkan kesulitan mencari pasangan wanita baik-baik. Wanita baik mana yang mau dengan pria bertato sepertinya. Mertua mana yang mau menerima menantu bertato sepertinya.

Ia pun menyadari semua itu. Dengan kondisi tubuh penuh tato, ia sendiri juga tak percaya diri mendekati wanita untuk menjadikannya istri.

“Ya sekarang mertua mana yang mau punya menantu bertato, ” katanya

Ia sedih tak kunjung menemukan jodoh. Ia menyesal mengambil keputusan salah di masa lalu. Padahal ia sudah cukup berumur. Teman-teman sebayanya rata-rata sudah lama menikah, bahkan anaknya sudah besar.

Bukan hanya sulit mendapat pasangan, ia juga susah mendapat pekerjaan halal karena bertato.

Alhasil, ia terpaksa bertahan menjadi tukang parkir di terminal. Sepertinya hanya pekerjaan itu yang cocok untuk mantan anak punk bertato sepertinya.

Padahal ia sudah ingin keluar dari pekerjaan itu setelah insyaf. Lingkungan terminal masih dekat dengan dunia hitamnya dulu. Ia tak mau terjerumus kembali ke dunianya dulu.

Namun sulit baginya mendapatkan pekerjaan lain. Untuk membuka usaha sendiri pun, ia pikir-pikir. Selain tak memiliki modal, ia tak yakin dagangannya laku karena yang berjualan memiliki tato.

“Sudah bertato, kerjanya di terminal, pasti orang memandang saya negatif. Orang tua pasti gak mau menjodohkan anaknya sama saya, ” katanya

Namun, berat ujian dalam perjalanan hijrahnya ini tak menyurutkan niatnya untuk menjadi orang lebih baik.

Ia berharap bisa menemukan jodoh yang bisa menerima keadaannya. Ia sadar bukan orang baik, namun ada usaha baginya untuk terus menjadi lebih baik.

Ia pun berharap bisa mendapatkan pekerjaan atau memiliki usaha mandiri sehingga bisa melepas pekerjaan lamanya di terminal.

“Saya inginnya buka usaha, biar bisa keluar dari terminal. Tapi gak punya modal, ” katanya