10 Orang Belum Ditemukan, Pencarian Korban Banjir Bandang di Humbahas Diperpanjang 3 Hari

Avatar photo

HUMBAHAS – Bupati Humbang Hasundutan (Humbahas) Dosmar Banjarnahor secara tegas meminta aparat penegak hukum (APH) menindak pelaku pembalakan hutan di areal hulu terjadinya longsor dan banjir bandang di Desa Simangulampe, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan. Pasalnya, akibat banjir dan longsor tersebut, 12 orang dinyatakan hilang. Hingga saat ini, baru dua di antaranya yang sudah berhasil ditemukan.

Pembersihan material longsor dan pencarian korban hilang masih terus berlangsung hingga Jumat (8/12/2023) ini.

Dikutip dari keterangan pers Direktur Perencanaan dan Pengawasan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan M. Saparis Soedarjanto, Jumat (8/12/2023), banjir bandang di lokasi merupakan bagian Daerah Aliran Sungai (DAS) Asahan Toba yang terjadinya pendangkalan sungai.

Titik bencananya ada di Sub Sub-DAS Nambunga dengan luas Daerah Tangkapan Air (DTA) adalah 478,28 hektare. Area terdampak banjir merupakan daerah perladangan, pertanian, dan permukiman yang berada bagian hilir sungai.

Secara administratif, lokasi itu merupakan Desa Simangulampe, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbahas. “Jadi berdasarkan analisis yang kami lakukan, penyebab banjir adanya curah hujan yang tinggi, sementara kapasitas pengaliran sungai lebih kecil dari debit banjir. Pendangkalan pada alur sungai semakin menurunkan kapasitas pengaliran, sehingga luapan meningkat,” jelas M. Saparis Soedarjanto.

Menurutnya, curah hujan yang tinggi pada hulu DTA saat itu mencapai 41 mm per hari, yang menghasilkan debit aliran 20,3 m⊃3; per detik. Jumlah ini melebihi kapasitas pengaliran normal di angka 2,8 m⊃3; per detik. Pada saat bencana terjadi, kondisi diperparah dengan aliran Sungai Sibuni-buni yang meluap dengan debit limpasan melebihi kapasitas pengaliran. Aliran air membawa material berupa gravel (bongkahan batuan).

Batuan induk daerah tersebut berupa batu lempung yang tingkat konsolidasi materialnya rendah, sehingga mudah hancur dan bersifat lepas-lepas dan selanjutnya mengalami longsoran yang dipicu oleh intensitas hujan yang tinggi. Dari hasil pengamatan, kata M. Saparis Soedarjanto, material yang terbawa banjir merupakan hasil longsoran tipe ‘rock fall’ atau runtuhan. Proses longsor tipe rock fall ini juga menghasilkan material endapan yang didominasi oleh gravel.

Hal ini sejalan dengan konfigurasi topografis DTA banjir dan jenis batuannya yang terdiri dari batu lempung yang mudah hancur dan bersifat lepas-lepas.

Area ini merupakan batuan sedimen hasil pengendapan berbeda periode. Selain itu, akibat proses litostatis, tekanan dari lapisan atasnya berupa endapan baru, misal abu volkan dari letusan Toba sehingga bentuknya pipih-pipih dan mudah hancur.

KLHK mengungkap, berdasarkan analisis peta tutupan lahan, DTA banjir terdiri dari pertanian lahan kering seluas 320,64 hektare dan semak/belukar 157,64 ha. Berdasarkan tingkat kekritisan lahannya, area bencana berada dalam kondisi kritis seluas 151,34 ha, agak kritis 133,96 ha, dan potensial kritis 192,99 ha.

Soal solusi yang perlu dilakukan ke depan, KLHK mengungkap beberapa hal. Di antaranya, pembuatan bangunan konservasi tanah dan air, pelebaran dan pengerukan alur sungai, rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) pada lahan kritis di bagian hulunya. Selain itu, sosialisasi pemahaman Konservasi Tanah dan RHL serta tanggap bencana pada masyarakat.

Reaksi Bupati Dosmar Banjarnahor
Di sisi lain, soal pembalakan hutan tersebut, ia menyampaikan, setiap hari pembalakan hutan diduga terjadi. Ia menyampaikan, pembalakan hutan terjadi pada areal seluas 4 hektar. Hal sama juga telah disampaikan pihak KSPPM Parapat yang membidangi isu lingkungan.

Kejadian yang mengakibatkan 12 orang hilang tersebut merupakan akibat dari kejahatan ekologis (lingkungan).

“Siapapun pelakunya, pastilah aparat tahu ini. Tak bisa dibohongi. Tiap malam, truk lewat dan lewatnya dari jalan raya juga,” ujar Bupati Humbang Hasundutan Dosmar Banjarnahor dalam video yang diperoleh tribun-medan.com, Jumat (8/12/2023).

Bahkan ia juga mempertanyakan izin para pembabat hutan tersebut sebab dirinya tak pernah memberikan izin pembabatan hutan. “Katanya, sudah ada izin. Izin darimana? Dari saya, tidak ada,” tuturnya.

Ia berharap, pihak APH harus tegas menyelidiki dugaan pembalakan hutan tersebut. Ia juga menegaskan, Presiden RI Joko Widodo telah memberikan bantuan sangat besar bagi pengembangan destinasi pariwisata di kawasan Danau Toba.

Menurutnya, penebangan hutan yang terjadi setiap harinya berdampak bagi masyarakat sekitar. “Perlu ada ketegasanlah. Pak Jokowi sudah mengeluarkan anggaran begitu besar untuk Danau Toba. Tapi alamnya rusak, ya pastilah kami pemerintah di daerah serius juga. Faktanya, penebangan itu hampir tiap hari terjadi dan tiap malam,” sambungnya.

“Dan siapa pelakunya, kita tidak tahu juga karena kita tidak aparat. Kita tidak bisa menindak karena kita bukan aparat,” sambungnya.

Ia juga meminta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta pihak pemerintah propinsi Sumatera Utara terjun ke lokasi melihat penyebab terjadinya banjir dan longsor. Pasalnya, dampak kejadian luar biasa bagi masyarakat sekitar.

Hingga saat ini, proses evakuasi dan pembersihan material longsoran masih berlangsung. Belasan alat berat telah diterjunkan.

“Kita berharap LHK, dari propinsi, serta kita sebagai masyarakat. Yang pasti, pelaku ini dari Masyarakat sekitar juga. Tidak mungkin dari daerah lain juga. Karena dampaknya luar biasa mengerikan,” pungkasnya.

Anjing Pelacak dan Penyelam Dikerahkan Bantu Operasi SAR
Dikutip dari BNPB, operasi Search and Rescue (SAR) atau pencarian dan pertolongan terhadap 10 warga yang masih dinyatakan hilang atas peristiwa banjir bandang dan tanah longsor di Humbang Hasundutan (Humbahas), Sumatera Utara, terus dilanjutkan.

Dalam operasi SAR itu, posko induk yang berada di bawah komando Basarnas telah membagi tiga sektor wilayah pencarian. Sektor pertama adalah di wilayah perairan Danau Toba, sektor kedua di sisi kiri jalan ke arah pesisir Danau Toba dan yang ketiga sisi kanan jalan menuju ke hulu.

Adapun selain mengerahkan 14 alat berat, penyisiran SAR darat sektor satu dan dua juga melibatkan anjing pelacak dari unit K-9 SAR Direktorat Samapta Polda Sumatera Utara. Anjing pelacak jenis Labrador Retriver ini sudah diperbantukan sejak hari pertama pascakejadian atau Sabtu (2/12/2023) lalu.

Selama tiga hari, anjing bernama Trusco itu terus menyisir tiap sisi di sektor dua maupun tiga, baik di wilayah kanan maupun kiri jalan ke arah pesisir Danau Toba, termasuk jika ada laporan kehilangan dari salah satu kerabat yang masih dinyatakan hilang. “Kami datang Sabtu (2/12/2023). Sudah tiga hari di sini untuk membantu operasi SAR,” ujar Briptu Rio Tarigan, Tim K-9 SAR Direktorat Samapta Polda Sumut.

Adapun kendala yang dialami dalam operasi SAR menggunakan anjing pelacak ini adalah banyaknya bebatuan besar yang kemudian dapat mengurangi kemampuan satwa pendeteksi ini dalam mengendus keberadaan jasad seseorang. “Kendalanya banyak batu besar sehingga satwa pendeteksi ini kehilangan kemampuan dalam melacak keberadaan jasad korban,” jelas Briptu Rio Tarigan.

Tim Penyelam
Di sisi lain, tim operasi SAR juga menurunkan tim penyelam khusus dari Basarnas Special Group dan dibantu Aquaeye untuk menyisir sektor satu perairan di dasar Danau Toba. Sedangkan penyisiran di atas perairan dilakukan oleh BPBD, Basarnas, TNI dan Brimob menggunakan perahu karet.

Kepala Basarnas Sumatera Utara, Budiono mengatakan, alasan dibentuknya tim SAR sektor perairan adalah mengingat korban pertama musibah yang terjadi pada Jumat (1/12/2023) pukul 19.47 itu ditemukan di dekat perairan. Dengan temuan itu, pihaknya menyatakan bahwa ada kemungkinan jasad korban terbawa hanyut oleh banjir bandang hingga masuk ke wilayah perairan Danau Toba yang memang tak jauh dari lokasi terdampak. “Korban yang pertama juga ditemukan di perairan. Jadi ada kemungkinan bahwa ada korban lain tidak jauh dari lokasi itu,” jelas Budiono.

Dalam rapat evaluasi operasi pencarian dan pertolongan yang dilakukan antara Basarnas, TNI, Polri, BPBD dan Dinas PUPR di Posko Darurat, Kepala Basarnas menyampaikan bahwa seluruh operasi SAR sampai saat ini belum membuahkan hasil. Maka dari itu data korban meninggal dunia sementara masih 2 orang dan yang hilang 10 orang. “Penyisiran air masih nihil. Untuk alat berat juga masih belum berhasil menemukan warga yang masih hilang di hari keempat ini,” jelas Budiono.

Lebih lanjut, Budiono mengatakan, tim SAR gabungan akan kembali melanjutkan penyisiran esok hari dengan catatan apabila cuaca mendukung seperti dua hari sebelumnya. Jika kemudian cuaca esok hari tidak memungkinkan, maka operasi SAR harus dihentikan. Khusus untuk operasi SAR penyelam, pada esok hari akan datang dukungan personel dari Polairud. Dengan dukungan itu diharapkan upaya SAR dapat lebih maksimal dan membuahkan hasil. “Besok Polairud akan datang membantu melanjutkan penyisiran di sektor satu. Tim Aquaeye juga akan bergabung besok,” ungkapnya.

Sesuai arahan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto, dalam rapat koordinasi penanganan banjir bandang dan tanah longsor Humbang Hasundutan, operasi pencarian dan pertolongan harus dikomunikasikan lebih lanjut dengan pihak keluarga korban jika sudah lebih dari aturan tenggat waktu tujuh hari.

Jika ada pihak yang memohon bantuan untuk pencarian lanjutan setelah tujuh hari, maka hal itu harus dipenuhi dengan ketentuan lain yang berlaku. “Pencarian pertolongan golden time nya itu 7 x 24 jam. Ini nanti dirapatkan. Seandainya tujuh hari belum ketemu, nanti diskusi antara Bupati dengan pihak keluarga. Kalau keluarga belum terima, maka ya dicari,” kata Suharyanto dalam keterangannya melalui Abdul Muhari, Ph.D, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB.

sumber : Tribun-Medan.com

 

Polres Humbang Hasandutan, Polres Humbahas, Kapolres Humbahas, AKBP Hary Ardianto, Hary Ardianto, Polda Sumut, Sumatra Utara, Poldasu