Banjarnegara – Akses ekonomi warga Desa Suwidak, Kecamatan Wanayasa, Banjarnegara putus akibat bencana tanah gerak. Saat ini hanya kendaraan roda dua yang bisa melintas melalui jalur alternatif.
Salah satu warga Desa Suwidak, Mustofa, mengaku sulit menjual hasil panen salaknya. Sebab, jalur yang menghubungkan ke tempat tinggalnya putus akibat tanah gerak.
“Akses ekonomi sulit. Sekarang sudah ada jalan alternatif tapi baru bisa dilalui motor, itu pun sulit,” ujar Mustofa saat ditemui di Desa Suwidak, Selasa (8/11/2022).
Mustofa mengatakan, biaya panen salak saat ini membengkak. Sebab, hasil panen salak itu harus dipanggul hingga ke titik yang bisa diangkut menggunakan kendaraan roda empat.
“Sekarang mau tidak mau ongkos produksi bertambah. Jadi salak harus dipanggul lewat jalur alternatif. Biayanya sekali jalan Rp 20 ribu,” ungkap dia.
Kepala Desa Suwidak, Rip Santoso mengatakan saat ini akses menuju tiga dusun yang sebelumnya terisolir baru bisa dilalui kendaraan roda dua. Oleh karena itu ruas jalan yang ada belum bisa digunakan membawa hasil pertanian warga.
“Sekarang baru ada jalan alternatif, itu baru bisa dilewati motor. Kalau untuk membawa hasil pertanian tidak bisa, jadi harus dipanggul dulu,” terangnya.
Terpisah, Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (Dinas PUPR) Banjarnegara, Arkom Al Fahmi mengatakan pembuatan jalan di Desa Bantar dan Suwidak sudah diusulkan menggunakan dana tak terduga. Besaran anggaran Rp 468 juta.
“Untuk penanganan bencana tanah longsor di wilayah Bantar-Suwidak sudah diusulkan menggunakan dana tak terduga. Nanti akan dibuatkan jalan karena jalan sebelumnya terbawa longsor, anggarannya Rp 468 juta,” sebutnya.