Berita  

Tanah Gerak, Bangunan SD-Rumah Warga di Rakitan Banjarnegara Rusak

Avatar photo

Banjarnegara – Tanah gerak terjadi di area sekolah dan permukiman warga di Desa Rakitan, Kecamatan Madukara, Banjarnegara. Akibatnya, bangunan sekolah dan rumah warga rusak.

Berdasarkan pantauan, Senin (12/12/2022), tembok sekolah SD Negeri 2 Rakitan retak dari atas hingga ke bawah. Dengan lebar retakan sekitar tujuh sentimeter. Lantai bagian belakang sekolah juga ambles.

Guru SDN 2 Rakitan, Woro Astuti, mengatakan hujan dengan intensitas tinggi membuat tembok sekolah retak dan lantai ambles. Lebar retakan pada tembok bertambah usai hujan lebat.

“Kondisi sekolah saat ini lumayan parah. Tembok retak dengan lebar retakan sekitar tujuh sentimeter dan lantai bagian belakang ambles,” ungkap Woro saat ditemui di SDN 2 Rakitan, hari ini.

Ia menyebut kerusakan paling parah terjadi di bagian belakang sekolah dan ruang kelas I. Hingga saat ini, ruang kelas I masih digunakan untuk pembelajaran.

“Sampai sekarang masih digunakan untuk pembelajaran. Memang harus berhati-hati terutama setelah hujan deras. Karena retakan tembok bertambah kalau setelah hujan,” jelasnya.

Sebelumnya tembok belakang sekolah juga longsor. Namun saat ini tengah dilakukan perbaikan. Mengingat bagian belakang sekolah merupakan jurang dengan kedalaman sekitar 10 meter.

“Awalnya tembok bagian belakang longsor. Tetapi sekarang sedang dilakukan perbaikan. Tetapi untuk perbaikan hanya di tembok belakang. Untuk yang tembok retak dan lantai belum,” kata dia.

Tanah gerak ini juga terjadi hingga di permukiman warga. Pemerintah Desa Rakitan mencatat ada empat rumah warga yang rusak di bagian dinding dan lantai.

“Ada empat rumah yang rusak di bagian dinding dan lantai. Karena kondisi tanah di Kadus 3 ini memang labil,” terang Perangkat Desa Rakitan, Agus Sutrimo.

Untuk melakukan perbaikan ia mengaku ada keterbatasan dana. Mengingat anggaran desa sebelumnya banyak digunakan untuk penanganan COVID-19 dan Bantuan Langsung Tunai (BLT).

“Untuk bantuan paling dalam bentuk material dan diberikan stimulus. Memang untuk perbaikan kami susah karena keterbatasan dana. Selama ini anggaran desa digunakan untuk penanganan COVID-19 dan BLT. Jadi memang butuh bantuan Pemkab,” ujarnya.