SEMARANG, Jateng – Kirab ‘Warak Ngendog’ yang menjadi puncak tradisi Dugderan di Kota Semarang, kembali ‘turun ke jalan’, Selasa (21/3). Segenap warga di Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah menyambut kirab ini dengan penuh sukacita.
Pasalnya sejak pandemi melanda, tradisi menyambut datangnya Ramadhan ini dihelat dengan meniadakan kirab, yang dilaksanakan mulai dari Balai Kota Semarang menuju Alun-alun Semarang, di Masjid Kauman atau Masjid Agung Semarang (MAS) dan rangkaian prosesi akan berakhir di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT).
Termasuk pada puncak tradisi Dugderan dalam menyambut Ramadhan 1443 Hijriyah tahun 2022 lalu, setelah situasi memang belum sepenuhnya aman dari ancaman melonjaknya kembali angka kasus Covid-19.
Sehingga Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang belum mengizinkan berbagai kegiatan yang mengundang kerumunan banyak orang, kecuali prosesi Dugderan, yang tetap dilaksanakan dengan jumlah peserta terbatas.
“Hari ini, kami bisa melihat dan merasakan kembali kemeriahan kirab Warak Ngendog, yang menjadi puncak tradisi Dugderan untuk menyambut Ramadhan tahun ini,” ungkap Sriyani (42), yang ditemui di Alun alun Semarang.
Warga lingkungan Mrican ini mengaku antusias, karena kirab Dugderan kembali ‘turun ke jalan’ setelah tiga tahun ditiadakan. “Seperti mengobati kerinduan pada kemeriahan suasananya,” tegasnya.
Dari pengamatan di lokasi pelaksanaan kirab sepanjang Jalan Pemuda, mulai dari kawasan Tugumuda hingga Simpang Hotel Metro serta Alun-alun Semarang, dipenuhi warga yang akan menyaksikan rombongan kirab.
Mereka bahkan sudah berada di lokasi dan rela menunggu untuk beberapa jam sebelum acara dimulai, demi bisa menyaksikan kemeriahan kirab yang dilepas dari halaman Balai Kota Semarang tersebut.
“Kalau tidak datang lebih awal, pasti sudah terjebak macet di jalan dan sepanjang Jalan Pemuda ini pasti juga sudah penuh oleh warga yang juga ingin menyaksikan kirab Dugderan,” lanjutnya.
Sementara itu, Setiyawan (34), warga Pedurungan mengungkapkan, digelarnya kembali kirab memang menjadi daya tarik bagi warga Kota Semarang untuk menyaksikan kemeriahan puncak acara Dugderan.
Hanya saja, kirab yang dilaksanakan hari ini menurutnya belum bisa semeriah dengan pelaksanaan kirab Dugderan yang dihelat sebelum ada pandemi Covid-19, beberapa tahun yang lalu.
“Misalnya saja, jumlah arak-arakan Warak Ngendog pada kirab kali ini yang belum sebanyak dengan kirab Dugderan beberapa penyelenggaraan sebelumnya atau sebelum pandemi melanda,” ungkapnya.
Meski demikian, antusiasme warga Semarang untuk menyaksikan kembali kirab Dugderan kali ini masih tetap tinggi. Sepanjang jalan yang dilalui rombongan kirab tetap dipenuhi oleh warga.
“Karena memang ini menjadi yang pertama setelah pada puncak tradisi Dugderan tiga tahun terakhir tidak digelar. Sehingga warga begitu antusias,” tambahnya.
Prosesi puncak tradisi Dugderan diawali dari penyerahan suhuf halaqoh penentuan awal bulan suci Ramadhan dari para alim ulama Kauman kepada Kanjeng Bupati Raden Mas Arya Purbaningrat (wali kota Semarang) untuk diumumkan kepada segenap warga Semarang.
Prosesi Dugderan selanjutnya adalah dilakukan pemukulan bedug (dug) yang diikuti dengan suara dentuman meriam (der) di masjid Kauman, Alun-alun Semarang.
Sementara untuk acara inti di MAJT Jateng adalah prosesi penyerahan suhuf dari Raden Mas Arya Purbaningrat kepada Raden Mas Tumenggung Probo Hadikusumo (gubernur Jateng) untuk diumumkan kepada warga Jateng.
sumber: republika
#POLDA JATENG, #JATENG, #JAWA TENGAH, #POLRESTABES SEMARANG, #POLRES REMBANG, #POLRES DEMAK, #POLRES BANJARNEGARA, #POLRES PATI, #POLRES SEMARANG, #POLRES BATANG, #SEMARANG, #PATI, #DEMAK, #BANJARNEGARA, #BATANG, #UNGARAN, #POLRI NEWS, #DENSUS, #POLRI, #BANSOS POLDA, #POLDA DAN COVID, #VAKSINASI POLDA, #LISTYO SIGIT, #OKNUM POLISI, #HUMAS POLRI, #HUMAS, #DIVHUMAS, #BIDHUMAS POLDA JATENG