Demak – Ribuan warga bertaruh nyawa setiap hari menyeberangi jembatan darurat di perbatasan Kabupaten Demak-Kudus. Akses jembatan di Sungai Wulan ini lebih dekat daripada harus memutar hingga 20 kilometer.
Namun saat melintas, beberapa pengendara harus ekstra hati-hati. Bila salah mengatur keseimbangan/ mereka bisa langsung terjatuh ke sungai. Jembatan berkonstruksi kayu dan bambu ini/ disebut jembatan Setro-Dungwaru.
Karena jembatan yang melintas di atas Sungai Wulan merupakan akses terdekat penghubung Desa Kedungwaru Lor, Kecamatan Karanganyar, Demak dengan Desa Setrokalangan, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus.
Dari keterangan warga, jembatan darurat sepanjang 40 meter dengan lebar 1 meter merupakan akses utama warga setempat. Lebih 2.000 warga melintas setiap hari di atas jembatan itu. B
“Bila harus memutar akan menempuh jarak sampai 20 kilometer,” kata Widiyah, warga yang setiap hari melintasi jembatan, Selasa (20/9/2022).
Warga berharap segera dibangunkan jembatan permanen, namun belum ada respons dari pemerintah. Seperti halnya jalan tol, warga tidak keberatan harus membayar uang senilai Rp2.000 untuk mengakses jembatan pulang-pergi.
Jembatan Sentro-Dungwaru merupakan jembatan musiman yang dikaryakan beberapa warga secara mandiri. Saat musim kemarau, jembatan itu dibangun untuk akses jalan. Namun setelah 6 bulan musim hujan warga hanya bisa menyeberangi sungai dengan perahu besar.
“Jembatan ini berada di bibir Sungai Wulan saat musim hujan jembatan pun dibongkar karena sering tergenang air sungai,” kata Harjo Sukron, perangkat Desa Kedungwaru Lor. Saat debit sungai meninggi, bahkan beberapa ruas jalan menuju jembatan tergenang air.
Untuk menyeberang sungai, warga harus menumpang perahu dan memarkirkan motornya di ujung tanggul sungai.
“Saat melintas harus mengantre siapa dulu yang sudah melintas, pengendara lain harus sabar menunggu,” ujarnya.