Pj. Wali Kota Siapkan Langkah Konstruktif terkait RTRW Kota Salatiga

Avatar photo

SALATIGA – Pj. Wali Kota Salatiga Sinoeng N Rachmadi menyebutkan saran dan masukan dari Kementerian ATR/BTN akan ia arahkan pada keberpihakan Pemkot Salatiga dalam membuka ruang investasi dan peningkatan ekonomi bagi masyarakat Kota Salatiga, khususnya UMKM.

“Inilah langkah konstruktif kedepan, yang akan kita persembahkan bukan hanya untuk Salatiga dan Jawa Tengah, tapi dari Salatiga untuk Indonesia,” kata Sinoeng di Salatiga, Kamis (24/11).

Sinoeng berharap, dalam jangka waktu lima hingga 20 tahun ke depan, Kota Salatiga sudah siap menjadi kota perdagangan, jasa dan destinasi utama wisata.

“Kami telah menyampaikan paparan usulan Rencana Tata Ruang Wilayah dalam Rapat Koordinasi Wilayah Lintas Sektoral dengan Kementerian ATR/BTN. Di sini kami mendapatkan sambutan luar biasa dan saran masukan yang konstruktif, sehingga ini akan menjadi bahan masukan atas koreksi tersebut,” tutur Sinoeng.

Sebelumnya, Sinoeng N. Rachmadi, menyampaikan paparan usulan tentang bahan atau revisi Rencana Tata Ruang Wilayah, dalam Rapat Koordinasi Wilayah Lintas Sektoral di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (23/11/22).

Paparan tersebut mendapat sambutan luar biasa dengan saran serta masukan konstruktif dari Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), khususnya terkait komitmen Ruang Terbuka Hijau (RTH), lahan pertanian berkelanjutan, serta ruang publik.

Dalam Rapat Koordinasi Lintas Sektoral tersebut, Staf Ahli Menteri ATR/BTN  Bidang Pengembangan Kawasan, Dwi Hariyawan Sutrisno, memberikan masukan terhadap Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Salatiga yang masih berada di angka 7,9 persen untuk menambah RTH dengan langkah menambah lahan dan atau menambah indeks.

Di Permen Nomor 14 Tahun 2022, di sini sangat fleksibel dalam meningkatkan RTH.

Beberapa cara untuk menambah indeks, misalnya mengganti aspal dengan conblock, menanami rooftop bangunan dengan tanaman hijau. “Tidak harus dengan lahan kosong. Apa gunanya tanah kosong kalau tidak ditanami,” terang Dwi Hariyawan.