DEMAK – Jembatan kayu darurat di tengah sungai Wulan menjadi jalur alternatif warga masyarakat perbatasan Kabupaten Demak dengan Kabupaten Kudus.
Jembatan berada di daerah Kedongwaru lor itu sudah ada sejak tahun 70an hingga sekarang masih digunakan masyarakat setempat sebagai jalur tercepat menuju Kudus.
Akan tetapi uniknya jembatan ini hanya ada ketika musim kemarau saja, kalau musim hujan masyarakat lebih memilih memutar atau menggunakan perahu untuk menyebrang menuju kudus.
Memiliki panjang 40 meter dan lebar 1 meter, jembatan terbuat dari kayu dan bambu itu, bisa menopang laju kendaran bermotor tiap harinya.
Perangkat Desa Kedongwaru Lor Kabupaten Demak, Sukron menyampaikan bahwa jembatan ini dibangun oleh perorangan.
Setiap ingin melewati jembatan ini, masyarakat harus ditarik biaya sebesar 2ribu rupiah per kendaran yang melintas.
“Ini jembatan antara Kabupaten tapi dibangun oleh 3 orang saja yang membuat jembatan ini. Kalau lewat sini ditariki 2ribu perkendaraan,” kata Sukron Selasa (20/9/2022).
Dengan bangunan jembatan tidak terlalu kokoh kata Sukron, dinilai cukup menakutkan bila dilewati.
Dia menambahkan bahwa jembatan akan hilang bila masuk musim hujan.
Ketika jembatan tidak ada, masyarakat memilih memutar atau menggunkan perahu untuk cepat menuju ke Kabupaten Kudus.
Ia mengatakan bahwa jembatan ini menyambungkan antara Kedongwaru lor Kabupaten Demak dengan Sentro kalangan Kabupaten Kudus.
“Menurut saya jembatan ini kurang layak lah karena tidak ada pengaman kalau banjir hilang, bisa menghayutkan orang. Ini adanya kalau di musim kemarau saja, sekitar 6 bualanan kalau musim hujan naik perahu ,” tuturnya.
Sukro pun menjelaskan alasan warga setempat memilih melewati jembatan ini, karena lebih cepat.
Ia menuturkan bahwa ada warga 4 desa selalu melalui jembatan ini.
“Empat desa ini ada 2ribuan masyarakat yang lewat sini, desa Tugulor, Kedongwaru lor, Kotakan dan Kedungwaru kidul ada sebagian dari kecamatan lain desa Ngesek 300 orang, ingin menuju ke Kudus masuk sentrokalangan kecamatan kaliwungu,” jelasnya.
Jarak ditempuh bila memutar sampai 20 km atau hampir setengah jam.
Akan tetapi bila melalui jembatan ini hanya butuh waktu 15-20 menitan saja untuk sampai ke Kudus dari Kedongwaru Lor.
“Kalau tidak lewat sini mutarnya hampir 20km kalau lewat sini bisa menghemat waktu dan jarak sekitar seperempat jam sampai setengah jam,” jelasnya.
Jembatan ini lanjutnya, sempat membuat orang terjatuh dalam aliran sungai wulan.
“Pernah ada insiden orang naik motor terjatuh, orang pakek barang jatuh juga ada , ini keselamatannya yang kurang,” ucapnya.
Melihat tingkat bahaya cukup tinggi, ia mengatakan sempat mengajukan pembangunan jembatan, akan tetapi sampai sekarang belum mendapatkan respon dari pemerintah kabupaten ataupun provinsi.
“Pernah beberapa kali pengajuan tapi belum di acc mungkin kalau nanti ada jembatan ini sangat membantu warga sekitar sini untuk menumbahkan ekonomi industri transportasi semakin mudah,” harapnya.
Sementara, Muhammad Haidar Hambali satu diantara warga kedongwaru lor selalu melalui jembatan ini, merasa cukup takut.
Namun, dia bersama keluarganya tidak memiliki pilihan, bila ingin melewati jembatan Tangul langit akan kejauhan.
“Lumayan ngeri lewat jembatan, terpaksa lewat sini setiap hari, kalau mutar kejauhan ,” kata Haidar.
Dia meminta pemerintah bisa membangunkan jembatan lebih layak dilewati masyarakat, sebab ini menjadi salah satu jalur perekonomian warga Kedongwaru Lor.
“Keinginnanya dibangun jembatan seperti tangul langit , banyak yang melintas sini, ini lewat bersama keluarga dan anak,” ujarnya.