SUKOHARJO, Jateng – Moh Hasil Tamzil, ayah dari Wahyu Dian Silviani (34), seorang Dosen di Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta, menunjukkan keraguan terhadap pengakuan pembunuh yang bernama Dwi Feriyanto (22).
Dwi Feriyanto mengaku telah membunuh Dian dengan alasan tertentu, namun Tamzil tidak serta-merta mempercayai pengakuan tersebut. Menurut Tamzil, ada motif lain yang belum terungkap di balik pembunuhan tragis anak bungsunya yang terkenal sebagai pribadi yang baik dan sopan. Bagi keluarga korban, keterangan pembunuh itu seakan merupakan fitnah alias tidak sesuai fakta.
“Dalam pandangan saya, saya adalah orang yang paling memahami perilaku anak saya ini. Dia termasuk individu yang tidak suka berbicara banyak dan memiliki etika yang santun. Oleh karena itu, jika muncul ucapan marah hanya karena sindiran, hal tersebut sulit dipercaya. Saya merasa bahwa ada hal yang lebih dalam yang tersirat di balik pengakuan itu,” ungkap Tamzil dengan nada sedih usai prosesi pemakaman yang dilangsungkan pada Sabtu (26/8/2023).
Tamzil, yang juga menjabat sebagai Guru Besar di Universitas Negeri Mataram (Unram), mengajukan permintaan kepada pihak kepolisian untuk tidak serta-merta menerima pengakuan dari Dwi Feriyanto begitu saja.
“Saya berharap pihak kepolisian tetap bijak dalam menganalisis situasi ini. Terdapat aspek yang lebih kompleks dalam kasus ini,” tambah Tamzil dengan tegas.
Keyakinan Tamzil tersebut didasarkan pada fakta bahwa sosok Dian sangat dihormati dan dikenal baik dalam lingkungan akademik UIN Surakarta. Bahkan, selama proses pemulangan jenazah anak pertamanya, hampir seluruh individu yang mengenal Dian turut merasakan kehilangan yang mendalam.
“Hal ini menandakan bahwa anak saya adalah sosok yang luar biasa. Dia tidak pernah menggunakan bahasa kasar atau vulgar. Ia merupakan seorang kolaborator yang hebat. Pendapat ini disampaikan berdasarkan kesaksian dari teman-temannya di Solo,” tegas Tamzil.
Pemakaman Dian dihadiri oleh ratusan orang yang turut menyampaikan rasa duka. Terlihat suasana haru dan isak tangis mengiringi prosesi perpisahan terakhir di Pemakaman Umum Lingkungan Sejahtera, Kelurahan Pejeruk, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram.
Sebelumnya, dalam sebuah konferensi pers di Mapolsek Gatak, Dwi Feriyanto mengakui perbuatannya membunuh Dian karena merasa tersinggung oleh komentar korban terkait kualitas pekerjaannya.
“Saya merasa pekerjaan saya diremehkan. Saya dihina dan dianggap bodoh. Itulah sebabnya,” ucapnya pada Jumat (25/8/2023).
sumber : TribunJateng.com
Polres Sukoharjo, Kapolres Sukoharjo, AKBP SIGIT, Kabupaten Sukoharjo, Pemkab Sukoharjo, Polda jateng, Jateng, Kabidhumas Polda Jateng, Bidhumas Polda Jateng, Kombes Pol Stefanus Satake Bayu Setianto, Kapolda Jateng, Irjen Pol Ahmad Lutfi
Ikuti berita terkini di Google News, klik di sini.