Kasus LSD di Pati Naik, Peternak Diimbau Melapor Jika Sapi Menunjukkan Gejala Sakit

Avatar photo

PATI – Sebanyak 140 ekor sapi di Kabupaten Pati terjangkit Lumpy Skin Disease (LSD) atau cacar sapi.

Hal itu disampaikan Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Pati, Nikentri Meiningrum.

Untuk diketahui, penyakit yang disebabkan virus capripox ini menyerang sapi dan kerbau, menimbulkan benjolan-benjolan sepeti cacar pada kulit hewan ternak.

Niken menyebut, kasus LSD di Pati tersebar di sejumlah kecamatan, di antaranya Pucakwangi, Winong, dan Tambakromo.

”Perkembangan saat ini, sekitar 140 (ternak terjangkit LSD). Tidak ada yang mati,” ujar dia, Rabu (22/2/2023).

Untuk diketahui, pada awal Februari 2023, baru tercatat 80 ekor sapi yang terkena LSD.

Meskipun jumlah kasus LSD saat ini naik, Niken mengimbau para peternak agar tidak terlalu khawatir.

Sebab, penyakit ini tidak semematikan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).

Ia juga meminta peternak untuk segera melapor bila menemukan gejala LSD pada hewan.

”Semakin cepat pelaporan, semakin cepat penanganannya. Ternak yang sakit kami obati dan karantina,” jelas dia.

Niken menambahkan, pihaknya juga menggencarkan vaksinasi kepada ternak yang belum terjangkit penyakit ini agar tidak tertular.

Diwawancarai pada 3 Februari 2023 lalu, Kabid Peternakan pada Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Pati Andi Hirawadi menyebut, kasus LSD kali pertama pihaknya temukan di Kabupaten Pati pada awal Desember 2022 lalu.

Saat itu ada satu ekor sapi di Desa Maitan, Kecamatan Tambakromo, yang terjangkit LSD. Hewan ternak tersebut telah sembuh, diobati oleh dokter hewan.

Semua ternak yang diketahui terkena LSD sudah ditangani oleh Dispertan.

Menurut Andi, penanganannya tergolong mudah. Jika peternak cepat melapor, petugas akan segera melakukan pengobatan dan hewan ternak bisa sembuh dalam dua sampai tiga hari saja.

“Harapan kami, jika warga mendapati ternaknya mengalami bentol-bentol seperti cacar, segera lapor ke petugas kami untuk segera diobati,” ucap dia.

Andi menambahkan, selain melakukan pengobatan, pihaknya juga menjalankan vaksinasi untuk mencegah ternak yang sehat terjangkit LSD.

Andi menuturkan, pihaknya juga melakukan sosialisasi dan edukasi terkait LSD pada para peternak melalui penyuluhan pada kelompok dan membagikan selebaran.

Dilakukan pula pembagian disinfektan untuk membersihkan kandang supaya tidak ada lalat atau nyamuk. Sebab, penularan penyakit infeksius ini memang melalui lalat dan nyamuk.

Meski peternak tetap perlu berhati-hati, Andi menegaskan bahwa persebaran LSD tidak secepat Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Tingkat kematiannya (fatalitas) juga rendah dibanding PMK. Selain itu, LSD juga tidak menular ke manusia.

Artikel ini telah tayang di Tribunmuria.com

#POLRES PATI, #POLRES SEMARANG, #POLRES BATANG, #POLRESTA CILACAP, #POLRES KUNINGAN, #POLRESTA SIDOARJO, #POLDA JATENG, #JATENG, #JAWA TENGAH, #POLRESTABES SEMARANG, #POLRES REMBANG, #POLRES DEMAK, #POLRES BANJARNEGARA, #POLDA KALBAR, #KALBAR, #POLDA BENGKULU, #BENGKULU, #SEMARANG, #PATI, #DEMAK, #BANJARNEGARA, #BATANG, #CILACAP, #SIDOARJO, #KUNINGAN, #BANYUMAS

 

Ikuti berita terkini di Google News, klik di sini.