Kasino Terselubung di Semarang, Terdakwa Dijatuhi Hukuman 9 Bulan

SEMARANG – Kasus kasino atau tempat judi berkedok tempat hiburan dan karaoke di Semarang memasuki babak akhir.

Kasus tersebut disidangkan di Pengadilan Negeri Semarang Kelas IA sekitar pukul jam 14.00 WIB di ruang sidang Wirjono Prodjodikoro, Kamis (2/1/2025).

Hal tersebut dikatakan Juru Bicara PN Semarang, Haruno Patriadi kepada Tribunjateng.

“Sidang sudah berjalan, sekitar pukul 14.00 WIB, di ruang sidang Wirjono Prodjodikoro. terdakwa Jimmy Rahardjo dituntut 7 bulan diputus 9 bulan,” jelasnya.

Berdasarkan informasi yang diperoleh Tribunjateng.com, majelis hakim yang menyidangkan kasus ini adalah
Aris Bawono Langgeng, Nenden Rika Puspitasari, dan Rosana Irawati.

Sebelumnya diberitakan, kasus ini bermula saat polisi menindaklanjuti laporan masyarakat tentang adanya praktik perjudian di lantai 3 tempat hiburan karaoke Babyface di Jl. Anjasmoro Raya Nomor 8 Blok E1/8, Kota Semarang, pada Jumat (20/9/2024) malam.

Pada penggerebekan tersebut, polisi mengamankan sejumlah orang, serta berbagai barang bukti yang mana di antaranya adalah uang tunai Rp1,3 miliar.

Selanjutnya dalam kasus ini, polisi menetapkan 10 orang tersangka. Di mana dua di antaranya adalah tersangka utama.

Keduanya, Budi Harjoko, warga Pleburan, Semarang Selatan, sebagai kepala admin; dan Jimmy Raharjo, warga Bukit Kencana, Kecamatan Banyumanik, sebagai bagian operasional.

Setelah berkas dinyatakan lengkap, polisi melakukan pelimpahan tahap 2 alias barang bukti dan tersangka ke Kejari Kota Semarang, untuk kemudian disidangkan di PN Semarang.

Selanjutnya, jaksa menjerat terdakwa dengan Pasal 303 Ayat 1 Ke-1 KUHP jo. Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian.

Terpisah, sebelumnya Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah (Jateng) berharap semua praktik perjudian di wilayah tersebut diberangus.

Selain itu, para pelaku terutama bandar dan yang memfasilitasi tempat kasino, ditindak tegas dan dijatuhi hukuman berat.

Termasuk di antaranya para terdakwa kasus perjudian di Semarang, yang mengakamuflasekan praktik perjudian dengan tempat karaoke

“Harapannya hukuman maksimal, untuk efek jera. Itu seberapa beratnya (hukuman) kan sesuai dengan ketentuan di undang-undang itu ada. Kita mohon ya terberat supaya jadi efek jera,” kata Ketua MUI Jateng Ahmad Darodji, Kamis (12/12/2024).

Perjudian, kata Ahmad Darodji, apapun bentuknya baik judi langsung (offline) maupun online, hukumnya haram. MUI sudah memberikan fatwa tersebut.

“MUI tidak mungkin memberikan fatwa selain haram untuk judi, apakah itu langsung ataupun online, kasino ya sama saja,” sambungnya.

MUI Jateng, sebut Darodji, berharap agar semua praktik perjudian diberantas dan pelakunya dihukum maksimal agar efeknya juga maksimal.

“Agar ada efek jera. Biasanya kan hukumannya terlalu ringan ya, sehingga tidak ada efek jeranya, ya kita harapkan hukumannya maksimal, diputuskan oleh hakimlah, supaya ada efek jera tadi,” sambungnya.

Dia menyebut, praktik perjudian apalagi masyarakat lapis bawah cenderung jadi korban saja.

“Itu jadi orang yang judi hampir tidak ada yang jadi kaya, dia dapat tapi yang ke dua sampai seratus, sampai seterusnya nggak dapat.”
”Ingin kembali uangnya, dia makin terus (mencoba), makin habis uangnya,” ungkap dia.

Sumber : TRIBUNJATENG.COM

 

Polda Jateng, Kapolda Jateng, Irjen Pol Ribut Hari Wibowo, Wakapolda Jateng, Brigjen Pol Agus Suryonugroho, Kabidhumas Polda Jateng, Kombes Pol Artanto, Jawa Tengah, Jateng, AKBP Sigit, AKBP Erick Budi Santoso, Iptu Mohammad Bimo Seno, Kombes Pol Ari Wibowo, Kompol Muhammad Fachrur Rozi, Artanto, Ribut Hari Wibowo