SEMARANG – Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabidhumas) Polda Jateng Kombes. Pol. Muhammad Iqbal Alqudusy, S.H., S.I.K. menganalisa mengapa Humas Polri sering mengawali pekerjaannya melalui sebuah analisis media.
Mantan Kepala Humas Satgas Nemangkawi yang berpengalaman bertugas di daerah konflik Papua itu mengatakan analisis isu yang data nya diambil dari unggahan di media digital yakni media sosial (facebook, instagram, youtube, twitter, whatsapp dan telegram atau postingan di media online (portal media pemberitaan berbasis web).
Fungsi Humas khususnya di Polda Jateng menurut Iqbal mempunyai peran sangat sentral yaitu siap dan mampu dalam menganalisi media, melakukan pemberitaan yang baik, memproduksi konten serta mampu mendiseminasi sebuah berita melalui semua platform media sehingga opini dan sentimen publik dapat di kelola untuk tujuan organisasi Polda Jateng.
Humas Polda Jateng harus mampu memanfaatkan kecepatan dalam memberitakan berita fakta yang sebenarnya, karena publik saat ini mencari berita melalui medsos dengan mencari pada mesin pencari berita (searching google.Red) untuk menjawab pertanyaan publik untuk lebih meyakini berita yang menurut publik di yakini akan kebenarannya.
Bila masyarakat mendapatkan literasi yang salah , maka opini negatif publik pun akan terbentuk dengan cepat.
Humas Polda Jateng harus bisa berperan sebagai leading sektor pemberitaan dalam manajemen media.
Selain memberi pencerahan informasi ke masyarakat, humas Polda Jateng juga berperan menyajikan informasi secara up to date kepada pimpinan, satuan kerja internal (humas), external (satuan lalu lintas, sabhara, brimob, reskrim maupun intel . Selain itu Humas juga berperan tukar informasi secara lintas sektoral (pemkot, pemda, pemerintah provinsi, juga kementerian lembaga terkait.
Produksi kreatif membuat konten sesuai arahan dan rekomendasi dari tim.
Iqbal perwira menengah lulusan Akademi Polisi (Akpol) di Batalion Wira Satya pada 1996 itu pernah bertugas sebagai Kasat lantas Polres Surakarta juga pernah menjabat Kapolres Tolitoli.
Menurut Iqbal fungsi Humas juga berperan melakukan diseminasi info digital menyebarkan konten.
Selain itu Humas juga harus pro aktif melaksanakan kegiatan konter opini dan narasi negatif di media digital.
Pada satker humas, analisis media digital, data yang diambil hanya yang berasal dari media digital, tidak dari media nyata (lapangan).
Sifatnya up to date (kekinian/ saat itu juga) namun tidak menutup kemungkinan bersifat mingguan, bulanan atau tahunan.
Metode analisis, lanjut Iqbal bisa menggunakan analisis media digital dilakukan secara manual.
Namun juga bisa menggunakan peralatan digital (aplikasi) yang hasilnya bisa berupa data kualitatif maupun kuantitatif berupa:
– sentimen
– emotion
– top isu kurun waktu tertentu
– skema isu
– top person
– influencer
– shareability
– data demogratif
– engagement
– dan sebagainya
Pada analisis isu digital terdapat imbuhan produk analisis. Berupa :
– kesimpulan
– prediksi (berdasarkan apa yang tersaji di media digital)
– rekomendasi (juga berdasarkan data yang tersaji di media digital)
Menurut Iqbal, kekuatan humas bukan pada spoke person atau juru bicara di depan kamera televisi saja tetapi juga kekompakan Team Work.
Saling terkait dari front office sampai ibarat tukang masak di dapur juga harus terlibat aktif upaya membangun komunikasi publik.
Juga perlunya membangun komunikasi publik dengan melibatkan komunitas- komunitas masyarakat.
Di dalam proses komunikasi itu memperlihatkan polisi hadir baik secara fisik serta non fisik di ruang masyarakat.
Diakui oleh mantan Kabag Produk Kreatif Biro Mulmed Divhumas Polri itu beberapa bulan terakhir kondisi situsi Kehumasan sedang tidak baik baik saja.
“Opini publik tidak terbentuk dengan sendirinya tetapi by proses snow ball. Namun sejak awal munculnya isu isue liar dengan seolah olah semua yang di sampaikan polisi salah.” tutur Kombes. Pol. Muhammad Iqbal Alqudusy.
Menurut Kombes Iqbal yang sering berdiskusi santai dengan komunitas wartawan itu kecepatan menjawab pertanyaan publik menjadi kunci isue tersebut berkembang jauh atau tidak.
“Salah satu tergantung dari penyajian penjelasan/klarifikasi yang rasional, tidak multitafsir serta ketidaksiapan terutama Juru bicara terhadap kasus tertentu akan menjadi bahan pertanyaan analitis warganet. Apalagi Humas cenderung berupaya mencari literasi literasi lain. Apabila bertemu dengan sumber berita negatif namun masif. Publik akan mempercayai itu jadi sebuah kebenaran” Ujarnya
Namun prinsip bagi seorang Humas adalah keberimbangan berita.
Karena ratusan ribu bahkan jutaan netizen juga membutuhkan berita sesuai fakta dan itu terus menerus di sampaikan ke Publik.
Publik sudah cerdas memilih berita itu benar atau berita bohong atau hoax.