DEMAK, Jateng – Pada 2023, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, menyerahkan bantuan hibah bidang keagamaan dan pendidikan keagamaan senilai total Rp434 miliar.
Dari jumlah total bantuan hibah tersebut, sebanyak Rp277.066.000.000 digunakan untuk bantuan Insentif Pengajar Keagamaan bagi 230.830 orang pengajar di Jawa Tengah.
Satu di antaranya, adalah Ahmad Afifudi, guru ngaji asal RT 5 RW 02, Desa Tamansari, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak. Ia merasa sangat terbantu dengan adanya bantuan insentif dari Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.
Afif mengatakan, bantuan uang insentif itu dia gunakan untuk tambahan modal usaha sang istri yang berjualan gorengan.
“Kadang-kadang itu satu tahun baru kita ambil (di rekening), terutama kayak puasa begini, itu biasanya kita bisa nambahi modal untuk istri. Biar ayem, tambah modal sedikit-sedikit,” ungkap Afif di musala yang bersebelahan dengan rumahnya, Sabtu (1/4/2023).
Pria yang mengajar ngaji sejak 1994 ini mengatakan, uang bantuan insentif yang diterimanya sebesar Rp1,2 juta. Uang bantuan insentif itu langsung dikirim ke rekening bank.
Meski nilainya tidak banyak, namun ia tetap merasa bersyukur. Baginya, bantuan insentif tersebut merupakan wujud kepedulian Pemerintah Provinsi Jateng kepada guru ngaji atau kiai kampung seperti dirinya.
“Saya maturnuwun sekali dengan pemerintah, dengan Pak Ganjar sama Pak Yasin, dan yang lain, karena bisa dapat insentif. Walaupun, mohon maaf, nilainya tidak seberapa tapi lumayan membantu,” ungkapnya.
Selama dia mengajar, Afif mengaku belum pernah mendapatkan bantuan insentif. Bantuan insentif bagi guru agama, baru ada pada era Ganjar-Taj Yasin. Oleh karena itu, dia sangat berterima kasih kepada Gubernur dan Wakil Gubernur Jateng. Harapannya, program itu dipertahankan dan nilainya bisa ditingkatkan.
“Sebelumnya tidak pernah ada, terus sekarang ada, ya sangat terbantu sekali. Kami senang, karena selama ini tidak pernah ada. Kalau orang yang memikirkan agama Allah, maka akan mendapatkan rezeki dari jalan yang tidak disangka-disangka,” ucapnya bersyukur.
“Kami para guru, para ustaz, kami semua, tidak menyangka akan ada insentif. Ujug-ujug ada (insentif) ya, sangat terbantu sekali. Bahwa minimal itu diteruskan. Kalau bisa ditambah,” ujar Afif.
Guru ngaji memang ikhlas dalam mengajarkan agama kepada para generasi muda. Sebab, kata dia, tanpa guru agama, anak-anak akan semakin jauh dari jalan yang diridhoi oleh Allah SWT. Selain ilmu agama, para guru agama di desa juga mengajarkan anak-anak nilai budaya ketimuran.
Sehari-hari, dia mengajar pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di MTs Mifathul Ulum Ngemplak Mranggen hingga pukul 14.00 WIB. Kemudian, dia langsung mengajar di madrasah diniyah berupa ilmu nahwu dan shorof di dekat rumahnya hingga pukul 16.30 WIB.
Setelah itu, dia membantu istri berjualan gorengan dan jajanan. Setelah magrib, Afif kembali mengajar anak-anak ngaji di musala.
“Kalau bicara lelah, ya lelah banget. Apalagi, sekarang anak-anak Ya Allah lumayan bandel, tidak seperti anak-anak dulu. Kalau bicara lelah, lelah sekali. Tapi bagaimana lagi, saya niat sudah lillahi ta’ala. Karena kata Rasulullah SAW, kan sebaik-baik manusia adalah manusia yang bisa bermanfaat bagi orang lain. Kami niatnya agar anak-anak kenal dengan Allah, kenal Rasulullah, mereka punya ahlakul karimah. Kalau masalah bicara capek atau tidak, capek sekali,” ujarnya.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan, bantuan insentif pengajar keagamaan pada 2019 diserahkan kepada 171.131 orang, pada 2020 kepada 211.455 orang, pada 2021 kepada 211.455 orang, pada 2022 kepada 211.455 orang, dan pada 2023 bantuan diserahkan kepada 230.830 orang.
Menurut Ganjar, pemberian insentif kepada pengajar atau guru agama itu merupakan bentuk apresiasi. Sebab, guru agama telah menjadi agen yang mengajarkan kedamaian, kebaikan, toleransi, serta mendidik budi pekerti anak-anak. Ikut berperan menjaga harmoni kebhinekaan, serta moderasi umat beragama.
“Harapan kami pada guru-guru ini nantinya juga akan mengajarkan hubungan beda agama, juga nilai hubungan antar manusia. Sehingga ke depan akan bisa menjadi warga yang rukun, punya nilai-nilai yang sangat bagus. Sehingga berteman dengan yang beda suku, agama, ras semua sudah terbiasa, bukan kemudian mereka saling mengelompokkan diri, dan kemudian saling memusuhi. Ini harapan kami di balik pesan-pesan itu,” ungkap Ganjar.
Sumber: indozone.id