Pati – Gelombang tinggi memaksa nelayan tradisional di Kecamatan Dukuhseti, Kabupaten Pati, Jawa Tengah menyandarkan perahunya di bibir pantai.
Perahu-perahu nelayan pun disandarkan di bibir Pantai Desa Banyutuwo dan Desa Dukuhseti.
Mereka sudah tidak melaut sejak Kamis (22/12/2022) lalu. Ketua Relawan Tunggul Wulung, Ali Masadi mengatakan, selain gelombang tinggi, nelayan juga dikhawatirkan dengan angin kencang yang sewaktu-waktu datang.
’’Sejak Kamis (22/12/2022) sudah tak melaut. Desa Banyutowo juga sempat diporak-porandakan angin kencang pada Jumat (23/12/2022),’’ katanya, Rabu (28/12/2022).
Meski begitu, beberapa perahu dengan ukuran lebih besar masih nekat melaut. Umumnya perahu itu merupakan perahu jaring pinggir yang dapat melaut dengan jarak 1 mil hingga 2 mil dari bibir pantai.
’’Yang perahu kecil tidak berani melaut (sama sekali). Sekitar 90 persen yang tidak berani melaut. Yang melaut 10 persen, itu jaring pinggir,’’ jelas dia.
Ia mengatakan ketinggian ombak di Pantai Dukuhseti saat ini sekitar 1 hingga 2 meter. Menurutnya, ketinggian ombak itu sudah jauh menurun dibanding beberapa hari yang lalu. ’
“Kemarin sampai 3-5 meter. Ini istilahnya musim Barat Muda. Angin ke timur, jadi perahu Jepara itu melautnya di sini, minggirnya juga di sini. Karena di sana kan di barat jadi sasaran angin. kalau di sini agak tidak ada angin,’’ kata dia.
Ia memprediksi, kondisi itu berakhir hingga awal Januari 2023 mendatang. Ali pun meminta nelayan untuk tidak nekat melaut.
“Barat muda membahayakan. Diprediksi paling-paling habis pergantian tahun. Awal Januari biasanya sudah berani melaut. Kami menghimbau kepada nelayan semuanya harap berhati-hati karena ini musim barat muda. Hati-hati gelombang kencang,’’ ujarnya dia.
Dia juga berharap ada bantuan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pati kepada warga Desa Banyutuwo dan Dukuhseti. Sebab, saat ini mereka tidak bisa melaut dan beberapa hari lalu dihantam bencana banjir dan angin kencang.