Ganjar Minta Kades di Banjarnegara Mendata Ulang Warga Miskin

Avatar photo

BANJARNEGARA Upaya percepatan penanganan kemiskinan ekstrem di Jawa Tengah terus dilakukan, termasuk dengan mendata ulang warga miskin ekstrem di setiap wilayah. Hal ini diungkapkan Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, saat melakukan rapat koordinasi di Desa Kebanaran, Mandraja Banjarnegara, Rabu (1/2/2023).

 

Dalam rapat koordinasi tersebut, Gubernur Ganjar menginstruksikan pada kepala desa di Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo, untuk mendata kembali warga yang masuk kategori miskin ekstrem dan belum terintervensi.

Menurutnya, Kades menjadi pihak yang paling tahu kondisi di wilayah masing-masing, termasuk warga miskin ekstrem yang ada di wilayahnya. Untuk itu dirinya meminta para kades untuk mendata ulang warganya, sehingga mendapatkan data dan informasi yang valid.

“Tolong untuk dicek, mana warga yang tidak memiliki jamban, tidak memiliki sumber air, tidak memiliki listrik, rumah kategori tidak layak huni, individu berisiko stunting, dan anak tidak sekolah,” katanya.

Selain itu, lanjutnya, warga yang masuk kategori miskin ekstrem yang sakit-sakitan, manula, hidup sendiri dan belum mendapatkan intervensi untuk dilaporkan.

“Nantinya data dari kades tersebut, dikirimkan ke camat kemudian diverifikasi oleh bupati dan dilaporkan ke saya setiap pekan, supaya kita tahu perkembangannya,” katanya.

Di Jawa Tengah, masih terdapat 923 desa di 17 kabupaten masuk kategori kemiskinan ekstrem. Di Kabupaten Banjarnegara, ada 44 desa yang tersebar di 17 kecamatan yang menjadi prioritas penanganan. Sedangkan di Wonosobo, ada 53 desa di 12 kecamatan.

“Harapannya dengan berbagai intervensi yang kita lakukan, target tahun 2024 kemiskinan ekstrem habis,” katanya.

Pj Bupati Banjarnegara, Tri Harso Widirahmanto, melaporkan kondisi dan perkembangan kemiskinan yang ada di Banjarnegara. Saat ini meski telah terjadi penurunan sebesar 1,03 persen, tingkat kemiskinan di Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2022 masih relatif tinggi.

“Angka miskin ekstrem juga turun dari 3,95 persen tahun 2021, menjadi 1,53 persen di tahun 2022,” katanya.

Penurunan jumlah angka kemiskinan dan miskin ekstrem tersebut, tidak lepas dari koordinasi dan kolaborasi pemerintah pusat, pemerintah provinsi, serta pemerintah kabupaten. Di tahun 2023 ini, Banjarnegara juga mendapatkan bantuan dari Provinsi Jawa Tengah sebesar Rp 11 miliar yang digunakan untuk rehab 608 unit Rumah Tidak Layak Huni (RTLH). Selain itu dari APBD juga dialokasi anggaran Rp 3,2 miliar, untuk 193 unit rumah.

“Kita juga mendorong Baznas untuk turut serta menangani persolan RTLH ini, bahkan di tahun 2023 ini Baznas Banjarnegara mengalokasikan Rp 9,5 miliar untuk penanggulangan kemiskinan dan penurunan stunting,” katanya.

Di samping itu, dalam upaya penanganan miskin ekstrem, Kabupaten Banjarnegara juga melakukan pendampingan satu Organisasi Perangkat Daerah (OPD) satu desa, replika dari program pemerintah provinsi.

sumber: serayunews.com

#POLDA JATENG, #JATENG, #JAWA TENGAH, #HUMAS POLRI, #DIVHUMAS, #POLRI, #PRESISI, #KAPOLDA JATENG, #IRJEN POL AHMAD LUTHFI, #IQBAL ALQUDUSI, #BIDHUMAS POLDA JATENG, #POLRESTABES SEMARANG, #POLRES REMBANG, #POLRES DEMAK, #POLRES BANJARNEGARA, #PEMKAB BANJARNEGARA, #KABUPATEN BANJARNEGARA, #BANJARNEGARA #POLDA KALBAR, #POLDA KALIMANTAN BARAT