Jakarta – Puncak forum Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali akan digelar pada 15 dan 16 November mendatang. Sejumlah persiapan baik dari pemerintah maupun pengamanan sudah dilakukan oleh TNI-Polri.
Mantan Dubes RI untuk New Zealand, Tantowi Yahya mengatakan, ada tiga hal yang menjadi daya tarik seorang calon peserta sampai ke tingkat kepala negara menghadiri sebuah KTT. Pertama yakni soal pengamanan.
“Sebagus apapun agenda yang kita tawarkan ketika tidak adanya jaminan keamanan atau negara itu dalam situasi konflik politik yang cukup mengganggu maka, kebanyakan kepala negara ataupun calon peserta pasti akan mengendapkan dulu keinginannya,” kata Tantowi.
Dari sisi ini, ia pun mengapresiasi jajaran Polri yang sudah membangun situasi keamanan yang kondusif selama ini, terutama dalam satu tahun terakhir.
Menurutnya, Polri selama ini melakukan pengamanan dengan mengedepankan cara humanis dan tak terlihat menyeramkan. Hal itu sangat diperlukan untuk menjamin para peserta dan kepala negara yang ikut G20 merasa nyaman hadir di Bali.
“Saya sangat terkesan dengan cara kerja dari Polri dalam membangun situasi aman dan kondusif. Paling tidak itu yang saya rasakan selama kurang lebih 1 tahun ini dan lebih istimewa lagi menjelang beberapa hari menuju ke KTT situasinya sangat kondusif,” katanya.
Tak hanya proses pengamanan dari aparat, ia juga mengapresiasi masyarakat Bali yang kooperatif menjadi tuan rumah KTT G20. Penyelenggaran KTT G20 bukan agenda besar pertama yang digelar di Bali. Maka dari itu, masyarakat Bali sudah terbiasa dengan prosesnya.
“Ada kesadaran masyarakat Bali sama-sama menyukseskan G20 karena secara langsung outcome G20 sangat bermanfaat bagi Indonesia, khususnya bagi masyarakat Bali. Jadi tidak ada alasan bagi mereka tidak mendukung,” katanya.
Selain soal pengamanan, hal kedua yang membuat para peserta ikut hadir dalam konferensi tingkat tinggi yaitu agenda yang dibahas. Menurutnya, KTT G20 di Bali membahas hal yang relevan, krusial dan penting.
“Ketiga yaitu adalah keindahan dari negara tersebut khususnya tempat dimana KTT dilangsungkan. Dan saya yakin jika sudah mendengar Bali semuanya bilang oke,” katanya
Sementara itu, Tim Strategi Komunikasi KSP Dilla Novilia Amran mengatakan, pengamanan selama satahun ini sudah dijaga ketat, terutama protokol kesehatan. Sebab, menurutnya tidak mudah menjadi tuan rumah presidensi G20 selama setahun ini, apalagi nanti menuju KTT.
“Yang paling membanggakan adalah masyarakat bali sangat menanti. Kalau tidak salah sudah ada 17 (kepala negara) yang akan hadir. Tak hanya masyarakat Bali tapi juga masyarakat indonesia sudah melakukan kegiatan mendemamkan G20,” katanya.
Ia pun mendorong supaya KTT G20 di Bali ini bisa menjadi pintu untuk semua pemimpin dunia duduk bersama membahas berbagai masalah tantangan global dan menghasilkan solusi konkrit.
Pada kesempatan ini, ia juga mengapresiasi pengamanan yang dilakukan TNI-Polri selama ini. Tak lupa ia juga menyampaikan dukungan masyarakat Bali sangat ia rasakan selama penyelenggaraan event-event menjelang puncak KTT G20.
“Masyarakat di sekitar Nusa Dua sudah tersosialisasi bahwa nanti akan ada banyak pemimpin dunia yang datang lalu mereka juga sudah siap untuk arahan untuk melakukan wfh dan school from home selama seminggu. Dukungan itu yang sangat berasa selama saya di Bali,” katanya.
Sekretaris Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian, Suwijono Moegiarso mengatakan, sudah hampir setahun Indonesia menjadi presidensi G20 sejak 1 Desember tahun yang lalu, sudah ada 430 event yang dikoordinasikan dengan seluruh pimpinan Kementerian/Lembaga.
“Perbedaan presidensi G20 kita sekarang ini dengan 16 kali KTT G20 sebelumnya, untuk tahun ini sesuai arahan Bapak Presiden kita menekankan pentingnya ada manfaat nyata manfaatnya apa yang konkrit baik bagi Indonesia maupun dunia,” katanya.