PATI – Erosi yang terjadi di daerah alirah sungai (DAS) Juwana tujuh ton per hektare (lahan sawah/hutan) selama setahun ini. Hal itu memicu banjir yang ada di Kabupaten Pati.
Selain itu, hutan gundul di Kota Mina Tani juga menjadi penyebab banjir bandang. Oleh sebab itu, pihak DPRD meminta adanya normalisasi DAS Juwana.
Dari analisis parsial, erosi yang terjadi di DAS Juwana 7 ton per hektare. Itu masuk kategori ringan. Sebab kategori berat ini 100 ton per hektare erosinya.
”Kalau erosi berat itu sekitar 100 ton per hektare. Saat ini masih 7 ton per hektare,” kata Plt Kasi Progam BPDAS Pemali Jratun Juwana Akhmad Sudarno.
Lalu untuk sedimentasi besarannya 0,6 per hektare. Dengan dominasi wilayah sawah 47 persen dan hutan 12 persen. ”Namun untuk hutan menjadi perhatian kita bersama. Baik Hutan di pegunungan Kendeng atau Muria,” terangnya.
Ketua DPRD Kabupaten Pati Ali Badruddin mengatakan, untuk memperlancar aliran air di sungai ini perlu adanya normalisasi. Ini supaya tak mengakibatkan banjir.
“Soal itu saya sudah menyampaikan berkali-kali. Setidaknya mengecek ulang sungai-sungai mana yang dangkal. Sehingga sungai-sungai yang dangkal itu dinormalisasi,” tegasnya.
Meski tak disebutkan secara rinci, pihaknya terkendala keterbatasan anggaran. Sehingga normalisasi sungai ini tak maksimal.
“Akan tetapi kami masih terbentur oleh anggaran. Misal anggaran di 2023 yang harus dinormalisasi sungai di Kabupaten Pati ada 40. Sedangkan kemampuan dari Pemkab inj harus tujuh aliran sungai. Kemudian tahun berikutnya begitu,” terangnya.
Dia menambahkan, penyebab pendangkalan sungai disebut karena adanya sendimentasi.
Persoalan ini tak melulu dibebankan kepada pemerintah. Karenanya pihaknya mengimbau masyarakat tam membuang sampah di sungai. Itu bisa memicu banjir.
“Saya juga mengimbau kepada masyarakat jangan membuang sampah sembarangan. Apalagi sampah seperti bambu. Jadi perlu kerjasama pemerintah daerah dan juga semua elemen masyarakat,” tandasnya.