SALATIGA – Beberapa hari terakhir, sejumlah agen besar gas LPG 3 kilogram di Salatiga ditemukan antrian panjang warga yang berburu tabung melon hijau menjelang tutup tahun 2022.
Sebagian besar adalah pedagang skala usaha kecil menengah dan kalangan rumah tangga. Antrian terlihat sejak pagi, meski pun toko belum buka.
“Kita ‘nyari’ di warung-warung katanya habis, padahal gak tahu juga. Makanya, langsung ke agen besarnya,” kata Narti (50) warga Klaseman, seorang ibu rumah tangga yang mengaku telah mengantri sejak pukul 05.00 WIB di UD Rakyat Salatiga, Kamis (8/12).
Diakui Narti, dirinya telah mengantri sejak beberapa hari terakhir. Hal senada disampaikan Agus (45), warga Tingkir, Salatiga. Ia keseharian berjualan makanan kecil di teras rumah, sangat kesulitan mencari gas 3 kilogram.
“Kalau dikatakan ‘menghilang’, nyatanya di agen ada. Tapi saat dicari di warung kosong. Aneh, tiap momen besar seperti perayaan ibadah keagamaan atau pergantian tahun selalu sama seperti ini. Jangan-jangan nanti harga sembako ikut naik,” ungkap Agus, sedikit kesal.
Sementara, Kepala Dinas Perdagangan Kota Salatiga Kusumo Aji membantah adanya kelangkaan gas 3 Kg di Salatiga.
“Tidak benar kalau dikatakan ada kelangkaan, karena kuota kita juga baru saja ada penambahan berdasarkan permintaan dari para agen besar,” ungkap Aji.
Namun, saat didesak berapa angka kuota Salatiga yang sudah ada di tahun 2022 ini dengan penambahan untuk 2023, Aji mengaku tidak memang data. Ia berdalih, pemegang data ada pada anak buahnya yang tengah menjalankan kegiatan tugas ke luar kantor.
Apa penyebab adanya antrian, Aji kembali menyebutkan jika kemungkinan karena agen Salatiga terdapat pangkalan, agen dan pengecer yang harus di sebar di empat kecamatan di Salatiga.
“Sementara, bisa jadi pembeli bukan hanya warga Salatiga saja tapi juga dari luar wilayah seperti Kabupaten Semarang,” imbuhnya.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif mengatakan tren konsumsi masyarakat terhadap LPG nonsubsidi terus menurun.
Di sisi lain, konsumsi LPG 3 kg konsisten mengalami peningkatan. Untuk itu, Arifin mengungkapkan pihaknya akan meningkatkan pengawasan terhadap penyaluran subsidi gas melon itu.
Begitu juga Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat menyebutkan jika penyaluran subsidi LPG 3 kg banyak ditemukan yang tidak tepat sasaran. Subsidi yang seharusnya diperuntukan untuk golongan kurang mampu justru digunakan oleh golongan mampu.
Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR Said Abdullah dalam satu kesempatan mengatakan bahwa banyak temuan tentang ketidaktepatan penyaluran subsidi.
Secara umum, 86 persen penerima subsidi bukan seharusnya yang menerima subsidi. Berdasarkan data Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), 26 persen kelompok miskin dan rentan menerima subsidi listrik dari keseluruhan program subsidi listrik.
Sementara itu, rumah tangga dengan kondisi sosial ekonomi terendah hanya menikmati 22 persen dari subsidi LPG, sedangkan 86 persen sisanya dinikmati oleh kelompok yang lebih mampu.
Ia menyebutkan, jika kondisi tersebut terjadi karena tabung LPG subsidi diperjualbelikan bebas di pasaran.
Bahkan, terdapat 12,5 juta rumah tangga miskin dan rentan yang tidak menerima subsidi LPG. Sebanyak 2,7 juta kepala rumah tangga perempuan tidak menerima subsidi LPG, dan 760.000 penyandang disabilitas tidak menerima subsidi LPG.
Tidak hanya itu, data menunjukkan bahwa terdapat 4,06 juta masyarakat yang termasuk dalam golongan lansia tidak menerima subsidi LPG.