Salatiga – Bimas Katolik Provinsi Jawa Tengah melalui Kelompok Kerja Guru (KKG) Pendidikan Agama Katolik Kota Salatiga mengadakan pembinaan iman dan karakter bagi guru Katolik di sekolah-sekolah Katolik Kota Salatiga, Kamis (20/10/2022).
Kota Salatiga beberapa kali masuk dalam deretan Kota Tertoleran se-Indonesia. Kota kecil yang letaknya di antara wilayah Kabupaten Semarang ini, merupakan daerah yang dulunya disukai oleh penjajah Belanda sebagai tempat persinggahan. Hal ini terlihat dari adanya bangunan-bangunan arsitektur Belanda yang hingga kini masih berdiri.
Daerah yang dikenal memiliki udara sejuk dan dingin, diharapkan pula selalu ‘adem ayem’, rukun serta damai warga masyarakatnya.
Moderasi beragama yang kini digaungkan diharapkan mampu mengupayakan kehidupan beragama yang rukun, damai, harmoni, serta mewujudkan keseimbangan, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.
Dalam pendidikan, guru memiliki peran utama dan penting usaha membentuk generasi penerus bangsa yang berkarakter baik.
Maka, kebersamaan para pendidik yang sinergis, meski berada dalam keberagaman, menjadi hal penting. Diharapkan para guru Katolik ikut terlibat aktif di dalamnya.
Kegiataan rohani bagi guru beragama Katolik di sekolah-sekolah Katolik Salatiga mengangkat tema, “Berjalan Bersama Menjadi Guru yang Berkualitas”.
Acara dilaksanakan di Wisma Bukit Soka, Sidorejo Lor, Salatiga, dan diikuti oleh 53 orang guru Katolik dari sekolah-sekolah swasta Katolik.
Mereka berasal dari SMP Pangudi Luhur Salatiga, SMP Stella Matutina Salatiga, SD Kanisius Cungkup Salatiga, SD Kanisius Gendongan Salatiga, SD Marsudirini 78 Salatiga dan SD Marsudirini 77 Salatiga.
Kegiatan ini dibuka oleh Pembimas Katolik Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Tengah FX. Kariyanto, dilanjutkan dengan pemaparan materi.
Pembimas Katolik menyampaikan beberapa pesan kepada para guru Katolik untuk terus berusaha menjadi guru profesional.
“Jadilah garam dan terang dunia di mana pun berada. Tuhan memilih kita, maka kita semua berusaha menjadi guru yang dicintai oleh anak-anak didik,” ujar Kariyanto.
Menjadi Cahaya
Kebersamaan para guru Katolik itu dilengkapi dengan Ibadat Ekaristi yang dipimpin oleh Romo Benedictus Mbemba Budo Bedi, MSF.
Bacaan Injil yang diambil dari bacaan liturgi hari itu, dari Lukas 12:49-53, “Aku datang bukannya membawa damai, melainkan pertentangan”.
Menurut Romo Ben, dalam berbagai hal dalam hidup ini sering ada pertentangan-pertentangan.
Perbedaan latar belakang, perbedaan pengetahuan, perbedaan pemahaman, dan perbedaan apa pun kadang kala bisa menimbulkan pertentangan.
“Antara anak dengan orang tua, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan teman sering terjadi pertentangan,” ujar Romo Ben.
“Kita sebagai pengikut Kristus haruslah menjadi ‘Cahaya’ bagi anak didik kita. Injil hari ini menegaskan bahwa Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan manusia,” tambah Romo Ben.
“Semoga kita seagai garam dan terang di dunia pendidikan dimampukan mengedepankan kasih,” pungkasnya