1. Perkembangan pembangunan tol Semarang-Demak Seksi 1
Khusus untuk Seksi 1 Semarang/Kaligawe-Sayung sedang dilakukan trial embankment hingga 2 lapis timbunan dan dapat dijadikan acuan untuk pekerjaan tanggul laut pada paket kontraktual 1B.
Pada awal 2023, bertepatan dengan dimulainya pekerjaan timbunan dan diperkuat dengan matras bambu setebal 13 lapis.
Seksi 1 Semarang/Kaligawe-Sayung ditargetkan selesai konstruksinya pada pertengahan 2024 mendatang.
2. Manfaat keberadaan tol Semarang-Demak
Warga setempat melintasi pilar baja tulangan beton konstruksi proyek jalan tol Semarang-Demak, 8 November 2021. Material baja tulangan beton tersebut merupakan produk dari PT Bhirawa Steel, cucu perusahaan PT Hutama Karya (Persero) yang memiliki pabrik di Surabaya (IDN Times/Dhana Kencana)
Tol Semarang-Demak, selain melengkapi jaringan jalan tol dan ruas utama di sisi utara Pulau Jawa juga akan semakin mendukung pertumbuhan pusat ekonomi baru di Provinsi Jawa Tengah.
Selain itu, jalan bebas hambatan ini akan menjadi penghubung kawasan strategis seperti pelabuhan, bandara, kawasan industri, pariwisata religi, khususnya di wilayah Demak, dan mengurai kepadatan lalu lintas kendaraan di sekitar kawasan Kaligawe dan Bandara Ahmad Yani.
Tol Semarang-Demak juga difungsikan sebagai penahan banjir rob serta mengatasi banjir dan genangan air yang selama ini menjadi permasalahan ibu kota Jawa Tengah.
3. Pembangunannya meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan
Kementerian PUPR bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan atas pembangunan Tol Semarang-Demak.
Misalnya, menyiapkan program relokasi lahan mangrove yang berada di sekitar pembangunan Seksi 1 Tol Semarang-Demak ruas Semarang-Sayung. Terdapat tiga lokasi kawasan mangrove yang akan direlokasi dengan total luas kurang lebih 46 hektare.
Upaya pelestarian kawasan mangrove bertujuan untuk mempertahankan fungsi hutan mangrove sebagai habitat flora dan fauna di pesisir Pantai Utara Jawa serta melindungi daerah garis pantai, termasuk mengurangi risiko abrasi.
Sistem akar pohon bakau yang kokoh juga semakin membantu membentuk penghalang alami terhadap gelombang badai dan banjir. Sedimen sungai dan darat terperangkap oleh akar, yang melindungi daerah garis pantai dan memperlambat erosi.